Surabaya – Ketua Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Jawa Timur Firdaus Suudi turut memberikan komentar soal aksi yang dilakukan aliansi Mahasiswa Indonesia Bersatu di berbagai wilayah. Aksi dengan membagikan pamflet tolak pelanggaran HAM dan Politik Dinasti pada Kamis 11 Januari menjelang Pilpres 2024.
Firdaus menilai, aksi yang dilakukan aliansi mahasiswa ini bisa memecah belah bangsa, mengingat masifnya penggunaan media sosial yang real-time dan tidak dibatasi. Menurutnya peran media massa harus selalu objektif dalam memberikan pemberitaan dan bersikap netral dalam Pemilu 2024.
“Ini tentu sangat berbahaya, karena akan menimbulkan disinformasi dan misinformasi yang berujung pada hoaks dimana-mana. Hal ini tentu akan memancing polarisasi di akar rumput dan membunuh nalar kritis masyarakat. Kampanye hitam akan menjadikan demokrasi di negeri ini pincang,” kata Firdaus, Kamis (11/1/24).
Ia menegaskan, kampanye hitam akan menimbulkan bentrokan di akar rumput karena pembelaan yang tidak proporsional dari masing-masing pendukung calon, khususnya ketika kandidat yang didukungnya kalah. Kekalahan itu bisa dianggap perilaku tidak adil yang diterima kandidat yang mereka dukung oleh pihak lawan.
“Kalau sudah begitu masyarakat kita akan memecah belah, saling mengadu dan menyesatkan satu sama lain. Padahal Pemilu 2024 harus menjadi ajang bertarung yang jujur, adil dan penuh dengan gagasan bukan dengan saling menjatuhkan,” imbuhnya lagi.
Selanjutnya, Firdaus berharap pesta demokrasi di tahun ini harus menjadi demokrasi yang substansif dan berorientasi public. Artinya setiap politikus, etika partai memiliki tanggung jawab mengedepankan moral untuk dapat menciptakan pesta demokrasi yang semarak penuh perdamaian dan meminimalisir ujaran-ujaran kebencian di tengah-tengah masyarakat.
Terakhir, ia mengatakan, di tahun-tahun politik seperti ini seseorang perlu berhati-hati menjaga ucapan dan tindakan. Ia berharap pemilih muda juga dapat menggunakan medsos dengan bijak dan bermoral.
“Di tengah tahun politik seperti ini, kita perlu sering-sering ber-tabayyun dan mengedepankan logika, cek faktanya, jangan mudah sebarkan hoaks. Jangan juga mudah percaya, apalagi yang memecah belah bangsa, politik identitas Itu tidak baik untuk kemajuan bangsa,”pungkasnya.