Jakarta – Perekonomian Indonesia kembali bergejolak. Belum rampung permasalahan lesunya daya beli masyarakat, tiba-tiba dolar AS menguat drastis hingga menyentuh level Rp 14.200.
Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) pun mengaku banyak pihak yang khawatir tahun ini bisa terjadi krisis. Layaknya mitos angka delapan atau siklus 10 tahunan, lantaran pada 1998 terjadi krisis moneter, lalu 2008 terjadi krisis keuangan global yang imbasnya terasa hingga ke Indonesia dan saat ini sudah 2018.
“Kita tak ingin krisis ini akan terjadi ditahun ini. Kami apresiasi pemerintahan Jokowi yang terus menegaskan bahwa perekonomian Indonesia masih stabil, bahkan memberikan THR dan gaji 13 besar-besaran di tahun ini kepada PNS,” jelas Ketua Presidium Jari 98 Willy Prakarsa, hari ini.
Kendati demikian, Willy mengajak semua elemen bangsa untuk memperkuat persatuan dan kesatuan, saling menutupi kekurangan bukan malah saling menghujat.
“Stop euforia politik. Kita harus dukung bahwa pemerintah tetap optimis bahwa kondisi perekonomian dalam keadaan baik-baik saja,” sebutnya.
Dia memastikan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini memang berbeda saat krisis moneter 1998 dan 2008. Namun kondisi ini patut menjadi perhatian pemerintah.
“Pemerintah tetap jangan lengah meskipun ekonomi Indonesia saat ini sangat berbeda dengan kondisi 20 tahun lalu atau pada saat krisis ekonomi 1997-1998,” tutur Willy.
“Semoga mitos pusaran krisis moneter 10 tahun tidak terjadi,” pungkasnya.