Oleh: Ayik Heriansyah
Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jabar
Takdir yang dimaksud di sini mengikuti bahasa umum untuk menyebutkan sesuatu yang sudah menjadi ketetapan, ketentuan dan keputusan Allah Swt. Sesuatu yang sudah menjadi qadha Allah Swt.
Takdir merupakan hak prerogatif Allah Swt. Ia berada di area yang menguasai manusia. Area yang yang memaksa manusia untuk menerimanya dengan suka rela maupun terpaksa.
Syaikh Zarruq menjelaskan, segala sesuatu yang berjalan di semesta ini sesuai takdir Allah. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh akal, syari’at dan nash-nash agama. Allah swt berfirman:
وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ مُّقْتَدِرًا
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Kahfi: 45).
Nabi saw bersabda: Segala sesuatu terjadi dengan qadla dan qadarnya, termasuk yang lemah dan cekatan (HR. Muslim dan Ahmad).
Sekuat-kuatnya himmah (tekad) manusia tidak akan mengubah takdir. Syaikh Ibnu Atha’illah mengatakan:
سوابق الهمم لا تخرق أسوار الأقدار
Himmah (tekad) yang tinggi tidak akan bisa menembus dinding takdir.
Sebab itu maka, kehendak hamba tidak memiliki nilai apa-apa karena ia sangat tergantung kepada kehendak Tuhan. Maka, jika seorang hamba menghendaki kedudukan yang tidak diberikan Tuhan, berarti ia telah berlaku buruk (su’ul adab), kata Syaikh Zarruq dalam syarahnya.
Himmah ingin mendirikan khilafah di Indonesia perlu ditinjau dari jenis khilafah yang akan ditegakkan. Jika yang dituju adalah Khilafah Rasyidah yang kedua, maka akan terhalang dinding takdir, sebab Khilafah Rasyidah yang kedua sudah ditetapkan oleh Allah Swt melalui lisan Nabi Saw, akan tegak di Arab.
Jika yang dituju adalah Khilafah Tahririyah, maka akan terhalang oleh takdir ketiadaan ayat dan hadis yang menuntut pendirian Khilafah Tahririyah di Indonesia. Khilafah Tahririyah hanya aspirasi politik HTI. Bukan kewajiban syar’i bagi kaum muslimin.
Dari perspektif tasawuf memperjuangkan Khilafah Rasyidah dan atau Khilafah Tahririyah di Indonesia termasuk perbuatan yang tidak searah, tidak selaras dan tidak serasi dengan takdir. Termasuk perbuatan su’ul adab terhadap takdir Allah Swt.
Himmah yang tinggi dan siyasat yang cemerlang untuk melawan takdir Allah Swt tidak akan memberi manfaat apa-apa. Selain kepayahan-kepayahan yang seharusnya tidak perlu. Menghabiskan usia, harta dan tenaga dengan sia-sia.
Akan tetapi pada kenyataannya, himmah yang tinggi dimiliki oleh kelompok para pendengki yang menginginkan kekuasaan pemerintahan. Yang tidak henti-hentinya melakukan keburukan. Kita berlindung kepada Allah Swt dari kelompok yang demikian.
