Jakarta – Usai Pilada serentak DKI 2017 kembali muncul gerakan menuntut penegakan hukum terhadap Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang akan digelar dalam bentuk aksi 212 jilid dua di Gedung DPR RI. Fenomena pernyataan pro dan kontra itu pun kini bermunculan dengan adanya rencana aksi Forum Umat Islam (FUI) tersebut yang beredar secara berantai.
Ketua BEM Fakultas Hukum UBK Periode 2015-2016 Randi Ohoinaung pun ikut angkat bicara terkait wacana gerakan demo 212 jilid 2 di DPR itu. Randi mengingatkan kepada elemen mahasiswa di Indonesia khususnya Jakarta untuk sadar dan berpikir rasional sebagai kaum intelektual dalam menyikapi fenomena tersebut.
“Kami mengajak mahasiswa untuk berpikir rasional dan jangan terpengaruh, ikut-ikutan kelompok yang menggiring upaya politik praktis. Apalagi ada upaya-upaya kelompok dalam aksi tersebut yang menjurus kepada hal-hal yang tidak konstitusional,” ungkap Randi hari ini.
Seharusnya, kata Randi, mahasiswa harus bisa memilah isu-isu yang saat ini berkembang bukan malah terjerumus dalam menyikapi isu ‘Gubernur Muslim Jakarta’. “Mahasiswa harus netral dalam menyikapi isu politik saat ini. Waspadai penumpang gelap yang tengah digaungkan ormas tertentu demi kepentingan politik sesaat,” tuturnya.
Hal senada juga dilontarkan Ketua Umum HMI cabang Jakarta Barat periode 2014-2015 Jefri Azhar agar semua pihak untuk bersama-sama bisa menjaga ketertiban pasca pesta demokrasi yang digelar serentak pada 15 Februari 2017 kemarin. Alumnus Universitas Trisakti Fakultas Hukum ini meminta kepada mahasiswa agar jangan mau diperalat oleh oknum-oknum politisi yang tidak bertanggung jawab hanya demi kepentingan politik sesaat.
“Stop politisasi mahasiwa, mahasiswa jangan mau dibodohi dengan permainan politik,” beber dia.
Jefry pun menyerukan perdamaian untuk Indonesia, mari berjabat tangan kembali tunjukkan kepada dunia Internasional bahwa warga negara Indonesia adalah bangsa yang ramah dan bersahabat.
“Mari jaga persatuan Indonesia, mahasiswa jangan mau dijadikan alat politik,” kata Jefry.
Jefry juga menyoroti Pilkada DKI yang bakalan berlangsung dua putaran jika dilihat dari hasil real count KPU DKI. Oleh karenanya, Jeffry meminta agar hati-hatilah para mahasiswa melangkah untuk diajak dalam aksi 212 jilid 2 tersebut yang kental dinilai bermuatan politis. Bahkan, kata dia, faktor terburuknya justru nanti bisa dikatakan aksi tersebut sebagai upaya makar, jika ada penunggang gelap yang ingin menggelar sidang istimewa untuk kembali ke Pancasila dan UUD 1945 yang asli.
“Saya kembalikan lagi kepada mahasiswa sebagai agen of change untuk kembali berpikir jernih. Dorongan hak angket yang digaungkan oleh mereka bukanlah suara mahasiswa Indonesia. Lagi-lagi jangan terjebak dengan permainan politik yang memainkan wayangnya agar tujuan mereka bisa tercapai,” tandasnya.