JAKARTA – Forum Mahasiswa Indonesia (FMI) menilai kampanye paslon nomor 3 Anies – Sandi penuh kepalsuan, apa yang ditampilkan oleh Anies Baswedan cenderung palsu, tidak orisinil dan tidak sesuai kenyataannya. Oleh karena itu, FMI mendesak Anies untuk membuka topeng yang menutupi kepalsuannya.
“Hari ini kita saksikan, Anies ternyata palsu. Yang selama ini ditampilkan dengan sosok santun, cerdas dan toleran, semua palsu. Kini wajah aslinya mulai kelihatan, tidak ada kesantunan sama sekali dan yang berbahaya, demi meraih kekuasaan, dia bergabung dengan kelompok-kelompok radikal yang menjual SARA untuk merebut suara rakyat. Ironisnya, orang-orang itulah yang selama ini menjadi sasaran kritik Anies,” ujar Afrinal, Korlap FMI pada aksi “Anies, Buka Topengmu” di Jakarta, Jum’at (7/4).
Oleh karena itu, FMI minta agar Anies menghentikan kampanye SARA yang merobet-robet persatuan bangsa. “Sudahlah Nis, hentikan saja jualan SARA mu. Kamu bisa menghindar dengan mengatakan kampanye SARA itu bukan buatanmu, tetapi membiarkan pendukungmu melakukan itu, sama artinya kamu mendukung apa yang dilakukan pendukungmu,” cetus Inal, mahasiswa dikawasan Jakarta Timur.
Dalam aksinya, pengunjuk rasa membentangkan Sejumlah Poster Bertuliskan “Hentikan Kampanye Sara, Warga Jakarta Sudah Muak”, “ Cukup Sudah Jualan Isu Sara, Saatnya Kampanye Cerdas”, Dan “Beri Kami Program, Bukan Kebencian Dan Dendam”.
“Warga Jakarta sudah cerdas, jualan kampanye SARA tidak akan menggoyahkan untuk memilih Gubenur yang sudah jelas kerjanya dan jelas bukti kerjanya. Yang merubah wajah jakarta menjadi kota yang dapat dibanggakan, tidak kalah dengan kota-kota lain di dunia,” tambahnya.
Aksi juga diwarnai dengan aksi teatrikal yang menggambarkan orang yang awalnya santun, tiba-tiba ketika di iming-imingi kursi kekuasaan, lantas berubah dari sifat sebelumnya. Seakan sebelumnya memakai topeng, kini terlihatlah wajah aslinya yang culas. Dia tidak peduli lagi dengan latar belakang orang-orang yang mendukungnya, entah itu penjahat HAM, koruptor, pelaku kekerasan, tokoh intoleran, bahkan yang selama ini disebut-sebut mendukung terorisme.
Karena dibelakangnya adalah orang-orang jahat, maka tak heran kampanye yang dilakukan pun kampanye jahat. Betapa tidak jahat, kalau menolak mensholatkan orang yang mati hanya gara-gara beda pilihan politik.
FMI kini berharap warga Jakarta menyadari berbahayanya jika salah memilih orang yang pura-pura baik, padahal culas. “Jangan-jangan semua programnya juga palsu,” tambahnya.