Oleh Ayik Heriansyah
Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jabar – Lulusan Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia
Hizbut Tahrir (HT) meyakini Islam sebagai ideologi. Keyakinan ini sangat fundamental, pokok dan prinsip bagi HT yang dijelaskan panjang lebar dalam bab Qiyadah Fikriyah kitab Nizhamul Islam. Kitab pertama yang dikaji dalam perhalaqahan HT.
Dalam kitab halaqah kedua yang berjudul at-Takattul Hizbi HT diungkapkan, bahwa ideologi Islam merupakan raison d’etre “alasan untuk ada” HT. Sebagai koreksi terhadap gerakan-gerakan Islam sebelumnya yang gagal membangkitkan umat karena tidak ideologis.
Di kitab Ta’rif Hizbut Tahrir dan bagian akhir kitab Mafahim Hizbut Tahrir disebutkan, Hizbut Tahrir merupakan partai politik yang berideologi Islam. Ideologi Islam yang diyakini para anggotanya yang diperjuangkan untuk diterapkan di tengah masyarakat dalam suatu negara. Meyakini Islam sebagai ideologi bagi HT merupakan keharusan sehingga menjadi salah satu syarat bagi seseorang yang ingin menjadi peserta halaqah HT.
HT mentranslate kata “ideologi” menjadi “mabda’”. Benarkah Islam itu mabda’? Apa iya Islam itu ideologi?
Ideologi dibentuk dari dua kata Yunani: Eidos dan logos. Eidos artinya ide, konsep, gagasan. Logos artinya ilmu, ajaran, paham. Secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang ide. Ide, ilmu dan ilmu tentang ide lahir dari pikiran manusia. Ia adalah ra’yu. Bukan wahyu.
Sehebat apapun suatu ide/ideologi tetap saja berupa ra’yu manusia tidak akan pernah naik derajatnya menjadi wahyu Allah Swt. Secerdas apapun ide/ideologi seseorang tetap saja ra’yu manusia yang tidak akan pernah berubah menjadi wahyu Allah Swt. Sebanyak apapun ide/ideologi orang-orang tetap saja merupakan ra’yu manusia tidak akan pernah menjadi wahyu Allah Swt.
Jadi, secanggih bagaimanapun suatu ideologi tetap saja ra’yu hasil pikiran dan pemikiran manusia. Dengan demikian dapat dipastikan suatu ideologi bukanlah wahyu dari langit.
Dapat kita bandingkan dengan Islam. Islam adalah agama wahyu, bukan agama ra’yu. Dua sumber ajaran Islam: Al-Quran dan Hadis adalah wahyu, bukan ra’yu.
Sumber pertama ajaran Islam yaitu Al-Quran adalah wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Sumber ajaran Islam kedua: Hadis. Berdasarkan QS. An-Najm: 3 – 4.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى.اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ
Artinya: “Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut keinginannya. Tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Sumber ajaran Islam berasal dari wahyu Allah Swt. Bukan ide manusia, bukan pula kumpulan yang sistematis dari ide manusia yang dikenal dengan istilah ideologi. Jadi, Islam bukan ideologi. Islam bukan ajaran yang berasal dari ra’yu manusia yang disistematiskan.
Di dalam Al-Quran dan hadis tidak ditemukan kata “idiyuluji” maupun “mabda” yang menunjukkan makna agama Islam. Yang ada kata “diin/ad-diin”.
Pada al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 19:
الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُۗ
Artinya: “Sesungguhnya agama yang diridlai di sisi Allah hanya Islam.”
Surat Ali Imran ayat 85
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ
Artinya: “Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya”.
Surat al-Maidah ayat 3.
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.”
Masih banyak lagi ayat yang menggunakan kata diin/ad-diin untuk menunjukkan makna agama Islam. Jelas bahwa Islam itu ad-diin, bukan idiyuluji/mabda’. Islam itu agama, bukan ideologi. Dalam hal ini Hizbut Tahrir salah sejak dari langkah pertama.
Yang disebut-sebut HT sebagai ideologi/mabda’ sebenarnya pikiran, pemikiran dan sistematisasi ide Taqiyuddin an-Nabhani yang disempurnakan oleh Amir-amir HT setelahnya. Tidak tepat bilamana dikatakan sebaga ideologi Islam. Yang benar adalah ideologi Hizbut Tahrir atau mabda’ tahririyah.