Jakarta – Pada 27 Februari 2025 Institut Hijau Indonesia meluncurkan Environmental Outlook 2025 dengan tema Pemuda di Tengah Krisis; Telaah Persepsi Menata Solusi. Diselenggarakan di sekretariat Institut Hijau Indonesia, Jalan Palapa XVII Nomor 3 Jakarta Selatan. Kegiatan peluncuran ini dihadiri lebih dari 100 orang perwakilan generasi muda, pejabat kementerian, lembaga negara dan lembaga internasional, serta perwakilan organisasi masyarakat sipil. Perumusan Environmental Outlook ini melalui proses panjang yang melibatkan 28.763 orang muda di 34 provinsi. Keterlibatan orang muda ini terdiri dari proses FGD dan wawancara mendalam dengan orang muda. Juga melalui; Roadshow Sekolah di 33 provinsi dengan melibatkan 24.590 siswa SMA yang terlibat dalam 753 kelompok diskusi; Roadshow Kampus di 12 Provinsi dengan melibatkan 3.123 orang pemuda dan mahasiswa; Focus Group Discussion secara online bersama young leaders di 34 provinsi, dan penyebaran kuesioner yang melibatkan 975 orang pemuda dari seluruh Indonesia.
Mengawali kegiatan, Chalid Muhammad, Ketua Institut Hijau Indonesia dalam sambutannya menjelaskan, “Perumusan Environmental Outlook ini menggunakan pendekatan mix method research. Penyajian data dalam Environmental Outlook 2025 ini meliputi persepsi nasional, pulau dan provinsi; prediksi situasi lingkungan hidup tahun 2025 serta usulan rekomendasi.”
Secara nasional orang muda memandang bahwa isu sampah menjadi perhatian utama dengan persentase persepsi mencapai 28%. Disusul dengan isu kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup sejumlah 18,5%. Persoalan terbesar ketiga adalah kolaborasi, partisipasi, dan edukasi dengan total persentase 15,4%. Selain itu, beberapa isu lainnya mencakup Perubahan Iklim 13,5%; Deforestasi dan Biodiversitas 11,1%; kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam 7,8%; dan isu mencakup bencana ekologis 5,8%.
Pemaparan Environmental Outlook 2025 disampaikan oleh Slamet Daroini selaku direktur Institut Hijau Indonesia, Dzatmiati Sari, Nizham Mahmudi, dan Ichlassul Amal selaku tim penyusun Environmental Outlook 2025 ini. Dalam paparannya, Slamet menjelaskan, “Secara nasional tiga isu utama yang diperhatikan orang muda diantaranya; Pengelolaan sampah yang belum optimal, pencemaran dan kerusakan yang semakin masif, kolaborasi dan partisipasi orang muda yang bermakna belum maksimal, serta orang muda memandang 2025 akan gelap bila kegiatan ekstraktif terus berlangsung,”
“Namun akan membaik bila dilakukan upaya korektif dengan melibatkan generasi muda secara bermakna serta ada agenda pemulihan yang dilakukan secara sungguh-sungguh”, papar Amal.
Rekomendasi orang muda untuk perbaikan lingkungan disampaikan dalam tujuh usulan, diantaranya; (1) Perlu penguatan pelibatan orang muda dalam pengelolaan dan pemulihan lingkungan hidup secara bermakna; (2) Pemerintah perlu mendukung inisiatif dan inovasi orang muda dalam pengelolaan dan pemulihan lingkungan hidup. (3) Pendidikan lingkungan hidup bagi generasi muda perlu diperkuat dan diperluas termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah, agar terbangun gaya hidup ramah lingkungan (green lifestyle); (4) Pemerintah membuka ruang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk terlibat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang berdampak bagi kehidupan mereka di masa mendatang; (5) Pemerintah perlu merancang kebijakan dan agenda pemulihan lingkungan hidup dengan melibatkan generasi muda sebagai salah satu faktor penting yang harus didengar; (6) Pemerintah perlu merancang agenda korektif terhadap industri ekstraktif yang dinilai sebagai salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup di berbagai wilayah; (7) Pemerintah perlu melibatkan anak muda dalam penanganan isu perubahan iklim termasuk keterlibatan mereka dalam agenda transisi energi dan pencapaian FOLU Net Sink 2030.
Sebagai informasi, Environmental Outlook 2025 adalah hasil rumusan persepsi 28.763 orang muda dari 34 provinsi di Indonesia. Institut Hijau Indonesia adalah organisasi non pemerintah yang memiliki program kerjanya mendidik dan memberdayakan kaum muda, serta menyiapkan pemimpin-pemimpin muda dengan perspektif keadilan sosial dan keadilan ekologis. Sejak tahun 2021, Institut Hijau Indonesia telah mendidik lebih dari 7.500 pemuda melalui pendidikan Green Leadership Indonesia, Green Youth Movement, dan Green Public Interest Lawyer, serta Laboratorium Keadilan Sosial dan Ekologis (Ekosos Lab).