Jakarta – Advokat Senior Peradi yang juga Koordinator TPDI Perekat Nusantara, Petrus Selestinus meminta pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri untuk segera menjelaskan secara jujur mengenai masalah yang terjadi dalam proses penanganan dugaan korupsi Formula E yang melibatkan mantan Gubernur DKI Anies Baswedan.
Menurut Petrus, penjelasan Firli sangat diperlukan terutama setelah adanya isu sogokan Anies untuk Firli agar menutupi kasus Formula E.
“Saya kira Firli harus katakan secara jujur bagaimana sebenarnya posisi hasil penyelidikan Formula E dan apakah pro dan kontra soal masih minimnya alat bukti benar adanya atau tidak.” tegas Petrus, hari ini.
Ia menilai bahwa klarifikasi i yang jujur kepada publik secara periodik oleh KPK sangat penting.
“Tujuannya agar tidak tetjadi hoax dan agar jangan sampai ada yang dizolimi dan ada yang dikecewakan semata-mata karena KPK tidak transparan dalam soal Formula E, apalagi sampai ada yang disuap,” tambah dia.
Petrus mengatakan, saat ini Firli Bahuri berada dalam posisi diragukan nyali, juga diragukan independensi dalam memimpin KPK dan diragukan integritas moral serta kejujurannya dalam penyelidikan kasus korupsi Formula E. Belum lagi adanya pertanyaan besar publik yang menganggap KPK mandul dalam menghadapi kasus Formula E yang menyeret nama Anies Baswedan. Alasan ini sangat masuk akal karena awalnya KPK tampil digdaya menunjukan kekuatan hukum dan keadilan bagi semua pihak.
“Kok sekarang loyo tak bertaring, lompat-lompat dari isu yang satu kepada isu korupsi yang lain tanpa kejelasan penanganan masalahnya. Menurut saya sebagai seorang pimpinan yang berasal dari institusi yang korup dan dinilai gagal memberantas korupsi, maka saat ini ada pihak yang menduga bahwa Firli Bahuri disuap Anies Baswedan untuk menutup penyelidikan kasus Formula E. Dugaan ini sangat beralasan, meskipun berita tentang itu dibantah sebagai hoax, namun itu ada benang merahnya, karena Firli Bahuri adalah anggota Polri yang sulit melepaskan diri dari habitatnya sebagai Polri yang dinilai terkontaminasi budaya korupsi,” katanya.
Petrus juga menyinggung kelahiran KPK selalu didasarkan pada fakta dimana Institusi Polri dan Kejaksaan berada dalam posisi sebagai bagian dari masalah korupsi itu sendiri. Artinya Aparat Penegak Hukum di Kepolisian dan Kejaksaan dalam menindak pelaku korupsi disertai dengan perilaku korupsi pula.
“Dengan kata lain, korupsi di kalangan Aparat Penegak Hukum sudah jadi budaya yang sulit diberantas, karena itu diperlukan sebuah lembaga baru dengan semangat baru dari orang yang benar-benar memiliki mentalitas bersih dan bebas dari KKN dalam memimpin KPK,” katanya.
Petrus sendiri mengaku pesimis dengan kepemimpinan KPK dibawah Firli Bahuri, yang juga merupakan Jenderal Polisi bintang dua ketika itu (sekarang bintang tiga purnawirawan). Kini, masyarakat menanti harapan agar KPK mampu menjauhi dirinya dari segala macam bentuk intervensi, termasuk intervensi dalam bentuk uang dan kekuasaan.
“Kekhawatiran publik itu, karena mereka khawatir KPK akan dirusak oleh mentalitas pimpinan KPK yang hanya berorientasi pada materi dan hanya loyal kepada atasan atau pimpinan yang lebih tinggi, sehingga mudah melacurkan independensi KPK dan mudah diintervensi demi uang, materi lainnya dan kekuasaan. Karena itu Firli Bahuri harus menjelaskan secara jujur apa sesungguhnya yang terjadi dengan jalannya penyelidikan kasus Formula E. Ini akan sangat membahayakan jika suap ini benar terjadi,” pungkasnya.