Jakarta – Kritik Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) pimpinan Melki Sedek terkait pengesahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Cipta Kerja dinilai mewakili dan menyuarakan kegelisahan masyarakat yang terdampak dengan regulasi tersebut.
Namun pengamat politik Ray Rangkuti menganggap cara kritik itu disampaikan melalui meme tikus berkepala Puan Maharani justru tidak efisien setelah sejumlah politisi malah menyudutkan dan melabeli gerakan mahasiswa “tidak beretika” ketimbang menjawab kritik tersebut dengan argumen yang substansial.
“Ada peluang mereka menyudutkan gerakan mahasiswa, karena mereka tidak punya argumen untuk menjawab kritik-kritik itu. Jadi alur diskusinya harus kembali ditarik ke substansinya,” kata Ray ketika dihubungi pada Jumat (24/3).
Melalui akun resminya di media sosial, BEM UI mengunggah video pendek yang menggambarkan ilustrasi gedung DPR terbelah. Lalu dua ekor tikus muncul dari atap DPR yang terbelah itu.
Gambar itu disertai dengan tulisan dengan huruf kapital: “KAMI TIDAK BUTUH DEWAN PERAMPOK RAKYAT”.
Selain itu, muncul pula gambar salinan Perppu Cipta Kerja yang perlahan terbakar.
Ketua BEM UI Melki Sedek Huang mengatakan bahwa publikasi itu adalah “puncak kemarahan dan kekecewaan mereka” kepada para anggota DPR, yang dianggap mengabaikan aspirasi masyarakat yang menolak Perppu Cipta Kerja.