Jawa Tengah – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerjasama dengan Pemda Jawa Tengah dan Pemkot Semarang mencanangkan penggunaan buku Pendidikan Pancasila yang disusun BPIP dan Kemendikbud. Pencanangan dilakukan dalam acara ”Dialog Kebangkitan Nasional dan Penerapan Buku Pendidikan Pancasila” yang dibuka oleh Kepala BPIP, Prof. Dr. Yudian Wahyudi, di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang, 22 Mei 2023.
Buku Pendidikan Pancasila tersebut merupakan paket referensi tentang nilai-nilai Pancasila yang terdiri dari 14 buku yang akan digunakan untuk anak didik di PAUD hingga SMA. Paket buku ini digunakan sebagai basis bagi buku teks yang akan disusun oleh Kemendikbud sebagai pedoman para guru dalam mengajarkan mata pelajaran Pancasila di PAUD hingga SMA.
Acara pencanangan didahului oleh paparan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dengan tajuk “Membumikan Pancasila, Menjaga Keutuhan Bangsa”. Dalam paparannya, Gubernur Ganjar menegaskan bahwa piramida penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usia muda, yang merupakan bonus demografi bagi pertumbuhan ekonomi.
“Kaum muda inilah yang nantinya menjadi penggerak pembangunan Indonesia ke depan. Sebagai pelaku pembangunan masa depan kaum muda pun harus memiliki komitmen yang teguh terhadap Pancasila.” ujar Gubernur Ganjar Pranowo.
Di sisi lain, dalam konteks pembumian Pancasila, dibutuhkan cara-cara out of the box untuk menarik minat mereka untuk memahami nilai Pancasila.
“Harus dikembangkan pendekatan yang lebih nge-pop, yang popluler di mata kaum muda. Dengan cara ini diharapkan nilai Pancasila lebih mudah dipahami kaum muda secara natural. Pembumian Pancasila tidak lagi harus melalui pidato-pidato dan cara-cara top-down atau indoktrinasi.” tandasnya.
Dimintai tanggapannya secara terpisah, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Dr. Darmansjah Djumala, menyatakan inisiatif Kota Semarang untuk menjadi pionir menggunakan buku Pendidikan Pancasila perlu diapresiasi. Sebab, buku itu akan menjadi panduan para guru dalam mengajarkan Pancasila dari PAUD sampai dengan SMA, sehingga nilai-nilai Pancasila benar-benar terhayati sejak dini oleh anak didik.
Dr. Djumala, yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Pusat Studi Pancasila (PSP), Universitas Pancasila, menilai paket buku referensi yang dibuat oleh BPIP ini sungguh tepat waktu.
Hal ini dirasa mendesak jika merujuk survey Setara Institute baru-baru ini yang merilis bahwa 83,3 persen siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggap Pancasila bukan ideologi permanen dan bisa diganti. Dalam pandangan Dubes Djumala, yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Austria dan PBB, data ini sebuah alarming, peringatan, bahwa masih ada sekelompok masyarakat yang meragukan Pancasila sebagai kesepakatan final dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam konteks inilah Dubes Djumala menilai penting keberadaan buku Pendidikan Pancasila yang dicanangkan penggunaannya oleh Kota Semarang dan Jawa Tengah. Dr. Djumala berharap agar buku ini juga digunakan di sekolah-sekolah di berbagai kota di provinsi-provinsi lain.
“Buku Pendidikan Pancasila ini diharapkan dapat digunakan sebagai buku referensi standard bagi tenaga didik pelajaran Pancasila dari PAUD hingga SMA diseluruh Indonesia. Sebagai buku referensi, buku Pendidikan Pancasila ini menjadi instrumen strategis dalam upaya pembumian Pancasila di kalangan anak didik,” pungkas Dubes Djumala.