Jakarta – Festival musik dance tahunan terbesar di Asia, Djakarta Warehouse Project (DWP) siap digelar kembali. Tahun ini, festival musik yang dihelat oleh Ismaya Live itu akan kembali digelar selama 2 hari, yakni 15-16 Desember 2017.
Kelompok mahasiswa dan pemuda tergabung dalam Gerakan Stop Budaya Barat pun angkat suara menolak event tersebut. Rencana penolakan tersebut bakal dilakukan dengan berunjuk rasa pada Senin (13/11/2017) di Mabes Polri dan Polda Metro Jaya.
Mereka menuntut agar mendesak pihak Kepolisian untuk segera mencabut izin operasi Ismaya Group dan izin keramain DWP.
“Kami tak ingin rakyat Indonesia rusak moralnya denga even dugem tersebut terutama para anak mudanya. Kami mendesak pihak Kepolisian cabut izin operasi Ismaya Group dan izin keramaian DWP,” tegas Koordinator aksi Buya, dalam pesan rilisnya.
Menurutnya, pihaknya bakal melakukan aksi berjilid-jilid seperti Aksi Bela Islam demi menyelamatkan moral generasi penerus dan akan terus mengkampanyekan budaya Indonesia.
“Jika tidak ada respon dan menghentikan acara tersebut, maka jangan salahkan kami untuk melakukan aksi berjilid-jilid seperti Aksi Bela Islam,” tuturnya.
Dia menambahkan event tersebut akan jadi kebiasaan buruk dan bisa mengakibatkan rusak nya moral anak bangsa Indonesia.
“Jangan korbankan moral generasi penerus demi meraup rupiah dengan bisnis tersebut,” bebernya.
Lebih jauh, Buya menegaskan bahwa acara tersebut selain merusak mental dan budaya bangsa juga melanggar “Pasal 15 ayat 2 huruf a Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Izin Keramaian”.
“Polisi harus cabut izin acara tersebut, jangan sampai korban berjatuhan gara-gara pesta tersebut. Agenda tahunan DWP ini hanya menciptakan gaya hura-hura yang berakibat menampilkan perilaku pornografi yang sangat jelas merusak mental dan budaya pemuda-pemudi Indonesia,” pungkasnya.