JAKARTA – Mantan narapidana terorisme (napiter) yang enggan disebutkan namanya ini mengajak para mantan teroris atau orang-orang yang belum bergabung kedalam kelompok jaringan teroris untuk tidak lagi melakukan aksi-aksi terorisme yang begitu meresahkan masyarakat. Himbauan ini juga ditujukan kepada para teroris yang masih mendekam didalam lembaga pemasyarakatan (LP).
Sosok pria yang sebut saja bernama NN ini, juga menyatakan keprihatinannya atas peristiwa penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Jenderal (purn) TNI Wiranto di Banten beberapa hari lalu. Ia juga mengutuk kejadian itu dan menilai bahwa peristiwa penusukan tersebut bukanlah rekayasa aparat tapi memang masih bagian dari aksi terorisme.
NN juga menceritakan awal mula mengapa dirinya terlibat kedalam kelompok terorisme yang dikemudian hari justru menghancurkan kehidupannya. Pria asal Jawa Tengah ini mengaku bergabung kedalam kelompok jaringan teroris sejak tahun 2000-an. NN awalnya tertarik dan begitu simpatik dengan informasi mengenai umat Islam yang terzalimi diluar negeri, seperti di Rohignya dan Suriah. Selama berada didalam kelompok teroris tersebut, dirinya sempat dilatih merakit bom.
Dari aktivitas itu juga akhirnya NN mengetahui jika biaya untuk perakitan bom ternyata tidak sebanyak nilai sumbangan yang dahulu sering dimintakan kepadanya.
Namun semakin dalam ia masuk kedalam jaringan kelompok teroris, kenyataan yang didapati justru membuatnya kecewa. Sebelum terlibat kedalam kelompok teroris kehidupan NN beserta anak-anak dan istri secara ekonomi sangat mapan dan tenang. Namun setelah bergabung kedalam kelompok teroris, perlahan-lahan harta yang ia miliki habis terkuras karena lebih banyak disumbangkan dan digunakan untuk ‘perjuangan’ (jihad).
Bahkan setelah ia selesai menjalani masa tahanan, begitu keluar dari LP, NN dan seluruh keluarganya mengalami diskriminasi. Tidak hanya itu, tiap kali tinggal dilingkungan yang baru, begitu masyarakat sekitar mengetahui latar belakang dirinya yang merupakan seorang napiter, tak segan-segan masyarakat disekitar tempatnya tinggal mengusir NN dan keluarganya. Terhitung dalam setahun terakhir saja ia sudah mengalami pengusiran oleh warga sebanyak tiga kali karena stigmanisasi sebagai teroris. Sebagai laki-laki kepala keluarga, NN juga menyesal tidak dapat memenuhi kewajiban utama sebagai ayah bagi anak-anaknya dan suami bagi istrinya tercinta lantaran terlalu sibuk dengan dunianya.
”Bergabung kedalam jaringan kelompok teroris lebih banyak mudorotnya ketimbang manfaatnya,” ungkap NN, (Senin, 14/10/2019).
NN juga mengatakan bahwa aksi-aksi/kejahatan terorisme yang sekarang banyak terjadi lebih didasari oleh motif ekonomi. Termasuk untuk menjadi mujahidin yang dikirim ke Suriah. Biasanya mereka sebelum bekerja melaksanakan tugas di diberikan sejumlah uang terlebih dahulu, layaknya gaji yang dibayar dimuka. Namun seiring waktu, sumber pendanaan (keuangan) pusat ISIS kini tidak lagi sekuat dahulu dan umumnya perlakuan terhadap mujahidin asal Indonesia tidak sama baiknya dengan mujahidin dari negara asal (Suriah).
NN juga mengungkapkan jika kelompok jaringan teroris yang ada sekarang terpecah-pecah dan ruang geraknya semakin sempit karena sudah banyak jaringan yang mulai terbongkar aparat. NN mengingatkan hal penting yang perlu diwaspadai oleh masyarakat sekarang adalah kelompok/jaringan teroris kini mengincar kalangan remaja dengan merekrutnya melalui jaringan media sosial (medsos). Karena itu ia meminta khalayak luas (masyarakat) agar jangan mau mengikuti kelompok tersebut.
“Kalau perlu begitu mengetahui ada seseorang yang diduga terlibat kelompok jaringan teroris, langsung beritahu perihal keberadaan mereka kepada aparat,” saran NN kepada masyarakat.
“Jihad yang sempurna adalah mensejahterahkan anak istri dengan rezeki halal,” pungkasnya.