Jakarta – Mahasiswa Universitas YARSI Jakarta Gamal Abdul Nasser menjelaskan bahwa dalam beberapa kali aksi demonstrasi mahasiswa dan aktivis pemuda terkait penolakan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja, diketahui terjadi kerusuhan dan pengrusakan fasilitas publik sehingga aksi yang seharusnya damai berubah menjadi anarkis karena ada upaya provokasi yang sengaja menyusup dibarisan mahasiswa.
“Aksi-aksi kemarin terkait penolakan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja berakhir rusuh dengan adanya perusakan fasilitas publik itu karena adanya pihak yang dengan sengaja menyusup dan memprovokasi dan cara seperti itu sebetulnya bukan dari mahasiswa,” ungkap Gamal, hari ini.
Kedepannya dalam setiap aksi mahasiswa, ketika ada upaya provokasi sebisa mungkin masa aksi mahasiswa langsung memisahkan diri dan jika perlu pelaku provokasi langsung diserahkan kepada aparat keamanan agar tidak terjadi aksi anarkis yang di tuduhkan kepada mahasiswa aksi.
“Baiknya memang masa aksi mahasiswa ketika melihat adanya gelagat provokasi antara mahasiswa dan aparat keamanan, masa aksi langsung memisahkan diri dan jika perlu pelaku provokasi langsung diserahkan kepada aparat keamanan agar mahasiswa tidak kena imbasnya,” lanjut Gamal.
Gamal berpesan kepada segenap aktivis mahasiswa dan aktivis pemuda agar dalam melakukan aksi selalu mengedepankan cara-cara yang intelektual dan menjaga ketertiban.
“Kita sebagai mahasiswa sebaiknya dalam setiap melakukan aksi selalu mengedepankan cara-cara yang intelektual dan selalu menjaga ketertiban, karena dengan cara itulah kita sebagai orang terpelajar memperlihatkan jati diri kita yang terdidik,” pungkas Gamal.