Jakarta – Sebuah ledakan keras di terminal Kampung Melayu, Jakarta, Rabu malam ini (24/5/17) diduga bunuh diri. Hal ini terkonfirmasi melalui akun Twitter resmi, TMC PoldaMetrojaya. Wakapolri Komjen Syafruddin pun menyebut ada 7 orang yang menjadi korban akibat ledakan bom di Kampung Melayu. Dua orang di antaranya meninggal dunia.
Para korban sudah dibawa ke rumah sakit terdekat salah satunya RS Premier Jatinegara. Polisi saat ini masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Ketua Presidium Komite Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad) Haris Pertama melemparkan kecamannya atas serangan bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur tersebut. Pasalnya, terdengar dua kali suara ledakan terdengar dan warga mencium bau sangit dan melihat asap tebal. Ledakan pertama terjadi pukul 21.00 WIB, sedangkan ledakan kedua terjadi 5 menit kemudian.
“Kami mengecam dan mengutuk keras serangan bom yang sengaja menyasar anggota Kepolisian. Kamerad turut menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban atas kejadian tersebut,” tegas Haris hari ini.
Selain itu, Haris juga menentang insiden serangan diduga bom bunuh diri yang menargetkan anggota Kepolisian dan warga sipil tak bersalah di wilayah sektor publik tersebut. Dia menyebutkan serangan yang diduga teroris ini sepertinya serangan susulan bom Manchester sehingga menjadi bukti nyata bahwa tindakan terorisme itu tidak mengenal waktu, tempat dan negara.
“Mereka setiap saat bisa terjadi dan kini terbukti gerombolan pengecut itu juga membuat serangan di Indonesia,” terang dia.
Lebih lanjut, Haris mensinyalir pemantik aksi biadab tersebut akibat memonopoli kebenaran dengan menyesatkan maupun mengkafirkan keyakinan sehingga mereka menebar kebencian.
“Gerakan menebar kebencian di Indonesia haruslah diperangi bersama. Polisi juga harus tegas kepada pihak yang kerap menebarkan kebencian, ini adalah efek dari mengkafirkan dan menebar kebencian. Mari kita sudahi dan kembali pada rel nya yaitu NKRI,” tuturnya.
Lebih jauh, Haris memandang anggapan bahwa aparat Polisi, pemerintah RI thogut masih dijadikan materi berdakwah yang terus menerus dilakukan dengan propaganda penerapan ideologi radikal dan mencuci otak umat.
“Jangan berikan celah sedikit pun bagi kelompok maupun gerakan intoleran yang kerap mengkampanyekan untuk menebar kebencian, memecah belah umat. Simpatisan teroris sudah menggurita dan beranak pinak melalui ormas radikal. Jangan jadikan Indonesia sebagai ladang perang ataupun ladang untuk aksi para teroris,” pungkasnya.