Jakarta – Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Willy Prakarsa keras aksi bom bunuh diri di Kampung Melayu. Aktivis 98 itu menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas jatuhnya tiga korban meninggal dari pihak kepolisian.
“Semoga Allah SWT menempatkan tiga syuhada ini di jannah-Nya dan korban luka tertangani dengan baik dan lekas sembuh. Kami mengutuk keras pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu ini,” ujar Willy hari ini.
Lebih lanjut, Willy juga ikut mengecam reaksi pihak yang tidak bertanggung jawab yang menyebut bom bunuh diri itu adalah sebuah rekayasa dan pengalihan isu. Kata dia, penyebar fitnah itu harus segera dimintai keterangan terkait maksud menyebarkan isi tulisan tersebut. Dia menegaskan bahwa agama apapun tak mengajarkan kekerasan.
“Kami mengutuk keras atas tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama apapun. Bahwa agama manapun,khususnya Islam, tidak mengajarkan kekerasan,” tegasnya.
Willy meminta aparat kepolisian segera mengungkap serta menuntaskan penanganan kasus ini. Negara jangan sampai kalah dengan teroris, aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas dan mengejar pihak yang bertanggung jawab serta membawanya ke ranah hukum.
“Negara tidak boleh kalah dengan terorisme!” sebut dia.
Ke depan, Willy ingin ada upaya mengatasi radikalisme ke semua pemeluk agama di tanah air, dengan cara-cara persuasif sebagai langkah pencegahan dini. Salah satunya dengan menyosialisasikan pemahaman keagamaan yang inklusif dan toleran. Selain itu, Willy juga menyarankan agar Polri dibawah kepemimpinan Kapolri Tito Karnavian bisa semakin diperkuat dengan membeli alat deteksi bom yang ditempatkan di sektor publik lainnya. Baik di Halte, Stasiun, Terminal, Jalanan Protokol dan lainnya.
“Demi menjaga ketertiban masyarakat dan mendeteksi adanya para pelaku tindak kejahatan sangatlah penting alat deteksi bom tersebut,” ujarnya.
Willy mengingatkan warga tentang kesalahan pikir dan paham teroris. Dia menegaskan aksi teror apalagi dengan bom bunuh diri adalah sebuah kesalahan dan bukan jihad. “Pengeboman di Kampung Melayu ini adalah sebuah kesalahan dan jihad yang keliru,” kata Willy.
Lebih jauh, Willy mengajak seluruh elemen untuk menangkal fitnah yang dilontarkan para kelompok jaringan teroris yang menyebut bahwa Indonesia adalah negara kafir dan thogut.
“Menentang ISIS berdasarkan Akidah, karena (mereka) memplokamirkan khilafah islamiyah dengan mengkafirkan seluruh umat Islam yang tidak mau berbaiat kepada kelompok mereka,” ujarnya.
Willy menambahkan pemahaman radikal dan pemikiran eksrim disulut oleh konflik sosial yang terjadi di masyarakat. ISIS menjadikan konflik sosial sebagai peluang atau sebagai alasan untuk melakukan aksinya.
“Manipulasi dan penipuan oleh ISIS yang selain mengkafirkan umat muslim, juga mengkafirkan pemerintah termasuk aparat penegak hukum baik Polri/TNI serta aparat pemerintah lainnya,” ujarnya.
Karena itu, Willy mengingatkan warga agar jangan tertipu dan terjebak dengan paham dan pemikiran radikal yang menyesatkan. Dia mengimbau para orangtua untuk mengawasi anak-anaknya.
“Antisipasi buat orang tua untuk mengawasi anak-anak kita dari hasutan paham-paham radikal ISIS, yang dengan sangat mudah bisa diakses oleh generasi muda. Untuk itu, selalulah memberi pemahaman yang benar sesuai Alquran dan Alhadis kepada generasi muda yaitu anak-anak kita,” tandasnya.