Sejarah hari pahlawan
Kredo yang menyatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya adalah sepenuhnya benar. Sebab mereka telah berkorban harta-benda bahkan nyawa, jiwa-raga, darah dan air mata. Sudah sepatutnya kita harus menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang bahkan gugur di medan perang. Sebab, kalau tak ada pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan, kita juga sudah pasti tak ada. Demikian pula dengan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) 21-22 Oktober 1945, jika tak ada fatwa jihad ini, tentu tak akan ada perang 10 November 1945 untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih bangsa Indonesia. Peristiwa 10 November tidak bisa dipisahkan dari peran besar para ulama-ulama NU. Terutama sosok Hadratussyeikh KH. M. Hasyim Asy’ari (kakeknya Gus Dur) yang mencetuskan fatwa Resolusi Jihad NU, yang mendeklarasikan perang mempertahankan kemerdekaan sebagai perang suci alias jihad fii sabilillah. Belakangan deklarasi ini populer dengan istilah Resolusi Jihad NU.
Seruan Rsolusi Jihad NU ini memiliki sumbangan besar atas pecahnya Peristiwa 10 November 1945 yang terkenal dan kemudian diabadikan sebagai Hari Pahlawan, ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Tidak terbatas pada Peristiwa 10 November 1945, seruan ini berdampak panjang pada masa berikutnya. Perjuangan kemerdekaan yang melibatkan massa rakyat yang berlangsung hampir empat tahun sesudah itu di berbagai tempat di Jawa khususnya hingga pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada 1949 juga banyak didorong oleh semangat jihad yang diserukan melalui resolusi ini. Pada akhirnya, Resolusi Jihad NU tak lain merupakan bukti historis komitmen NU untuk membela dan mempertahankan Tanah Air yang merupakan bagian dari keimanan (hubbul wathon minal iman).
Semangat kepahlawanan di era disrupsi
Pertanyaan kemudian, apa yang bisa kita lakukan sebagai generasi pemuda penurus dan pelurus sejarah perjuangan bangsa di era sekarang? Bagaimana semangat juang para pahlawan agar mengilhami dan mengispirasi kita yang hidup di zaman sekarang untuk berjuang mengisi kemerdekaan dan membangun bangsa? Terutama di era 4.0 (menuju 5.0) dan disrupsi serta ekses resesi global ini dimana perubahan-perubahan sistem dan tatanan kehidupan masyarakat berubah skala luas. Sebut saja perubahan tren moda transportasi, tren cara pembayaran digital/online, fitur tarik tunai di segala tempat, transaksi jual beli dapat terjadi dimana saja tanpa batasan ruang dan waktu, dan lain-lain.
Pedang bermata dua
Di satu sisi, era disrupsi ini dapat menggairahkan dan menciptakan peluang-peluang baru, namun di sisi lain bisa juga menjadi ancaman yang mengubah kreasi, pola atau alur kompetisi yang sudah tercipta sebelumnya. Kemajuan-kemajuan dan kemudahan-kemudahan di era disrupsi ini kiranya patut disyukuri sekaligus patut diwaspadai secara cermat dan bijak. Meski membawa berbagai kemudahan dan kemanfaatan, tapi persaingan bisnis menjadi semakin ketat dan sulit (bisa sangat kejam). Sebab, perubahan atas dalih modernitas atau apa pun sudah barang pasti akan berdampak pada pelbagai lini atau sektor kehidupan. Karena tidak semua masyarakat dapat merespon dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan di era disrupsi yang diiringi percepatan tekhnologi (IT) ini, dengan berbagai faktor dan kendalanya masing-masing.
Sinergitas dan kepeloporan pemuda
Di sinilah nilai-nilai kepeloporan dan semangat kepahlawanan pemuda tidak boleh mati. Sebaliknya, harus kita gelorakan untuk saling membantu, bahu-membahu dengan saling bersinergi satu sama-lain. Dengan saling meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM, serta transfer pengetahuan dan informasi agar kita sama-sama dapat berinovasi dan bertransformasi ke arah digitalisasi yang ramah lingkungan dan tetap mengedepankan humanisme. Agar kita sejahtera bareng-bareng.
Jangan sampai ketidakmampuan (ketidakberdayaan) sebagian besar masyarakat dalam merespon, beradaptasi dan memanfaatkan kemajuan zaman karena tidak ada sinergitas antar–segelintir masyarakat yang mampu dan memiliki akses dengan sebagian besar masyarakat yang teraleniasi, menyebabkan frustasi dan kecemburuan sosial akibat bingung (limbo) tak tahu harus menentukan arah kemana? Yang ujung-ujungnya adalah keos sosial dengan berbagai dalih. Apalagi pada tahun 2024 bangsa ini akan menghelat pesat akbar demokrasi, pemilihan umum (Pilpres) yang tentunya akan banyak menguras energi bangsa ini. Dengan heterogenitas (kemajemukan) dalam pelbagai bidang yang begitu banyak, tentu rawan (riskan) dipolitisir untuk di-adu-domba oleh kekuatan tertentu (dalam dan luar negeri). Di sinilah sekali lagi, nilai-nilai kepeloporan, kejuangan dan kepahlawanan generasi muda dibutuhkan sekaligus diuji. Sejauh mana generasi muda hari ini dapat mengaplikasikan nilai-nilai dan semangat kepeloporan, kejuangan serta kepahlawanannya dapat menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena acara ini diharapakan dan bertujuan:
1. Memperkuat tali silaturrahim kebangsaan
2. Generasi zaman now tidak melupakan sejarah (jangan sekali-kali melupakan sejarah/Jasmerah) & (jangan sekali-kali hilangkan jasa ulama’/Jashijau)
3. Membuka wawasan pemuda tentang pandangan dunia (world view)
4. Memperjelas posisi pemuda dalam konstelasi sistem global
5. Meneguhkan semangat kepahlawanan dan kesetiakawanan nasional
6. Mengokohkan semangat cinta tanah air (nasionalisme) dan Pancasila
7. Menjaga dan meneruskan estafet perjuangan para pejuang dan pahlawan bangsa
Demikian press release ini dibuat, agar menjadi atensi khusus kepada seluruh stake holder bangsa ini khususnya para pengambil kebijakan.
Jakarta, Sabtu, 12 Nopember 2022
Hormat kami,
Direktur Eksekutif LKSB
Abdul Ghopur
Kegiatan ini diinisiasi oleh Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB). Supported by Indonesian Public Institute (IPI), Kedai Ide Pancasila, dan Alumni Taplai INTI Lemhanas RI Angkatan I.
Narasumber:
1. Karyono Wibowo (Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute)
2. Wahab Talaohu, SH (Pendiri Famred ‘98/Certified Risk Professional)
3. Ahmad Rifa’I, SH (Mantan Pengacara Pimpinan KPK)
4. Agung Wibowo Hadi (Pendiri Forkot ‘98/Direktur Kajian Lintas Generasi)
5. Christian A. Delvis Rettob (Sekretaris Jenderal PP.PMKRI 2022-2024)
6. Abdul Ghopur (Direktur Eksekutif LKSB/Salah-satu Inisiator Kedai Ide Pancasila)
7. Sahat M. P. Sinurat (Sekretaris Umum GAMKI 2019-2022)
Dihadiri oleh eksponen Aktifis 98, PP.PMKRI, aktifis eks. Organ Cipayung, Majelis Taklim Al-Barokah Bonsay, Anak Kandung Indonesia (AKUI), Ketua IKA PMII JakTim, aktifis pendidikan, budayawan, akademisi, kalangan professional, organisasi mahasiswa dan kepemudaan, dan lain-lain.
Acara diawali sesi poto bersama para narasumber sambil memamerkan buku-buku karya Abdul Ghopur (Direktur Eksekutif LKSB).