JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai bahwa Reuni 212 yang rencananya akan dihelat 2 Desember 2024 oleh FPI tak memiliki manfaat sama sekali.
Hal ini karena menurutnya, tak ada tema yang penting untuk diangkat dalam konteks keumatan.
“Saya kira tidak ada manfaatnya. Aksi-aksi semacam itu tidak memberikan dampak yang baik bagi roda ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” kata Habib Syakur kepada wartawan, Sabtu (9/11).
Alasan mengapa aksi Reuni 212 tidak penting, karena ada tiga faktor penting yang menjadi alasannya. Pertama soal common enemy atau musuh bersama.
Menurut Habib Syakur, jika dalam Aksi 2016 silam, ada sosok yang berhasil dijadikan target bersama, yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dinyatakan melakukan penodaan agama.
“Kalau 2016 kan ada Ahok yang dijadikan target karena pencemaran agama, semua umat bisa diajak untuk marak bersama apalagi ada konteks politik praktis. Tentu konten itu sangat laku,” ujarnya.
Faktor kedua adalah irisan politik. Menurutnya, massa aksi 212 sebenarnya untuk saat ini telah terbelah menjadi dua bagian, yakni jemaat yang berada di barusan Anies Baswedan, dan di kubu Prabowo Subianto.
Saat ini, pemerintahan Nasional sudah dipegang oleh Prabowo, sehingga jemaat 212 pendukung Prabowo akan lebih memilih cooling down untuk bersama menjaga kondusifitas dan stabilitas nasional.
Sementara pecinta Anies Baswedan, akan terus berupaya melakukan manuver apa pun untuk mencari perhatian dan menjaga eksistensinya.
“Ya kan mayoritas demonstran Aksi 212 itu pendukung Prabowo. Sekarang Prabowo jadi Presiden, mereka tentu ingin menjaga politik kebatinan mereka tetap kondusif,” tuturnya.
Faktor ketiga ada sentimen sosial dan politik. Menurut kacamata Habib Syakur, mereka yang masih mungkin disulut dengan seruan aksi-aksi semacam itu jumlahnya terbilang sedikit.
Apalagi jika melihat intensitas massa yang hadir tak lebih dari 300 orang. Padahal jumlah massa berasal dari FPI dan ormas lainnya. Plus acara tanggal 4 November 2024 pun telah dipromosikan oleh Imam Besar mereka yakni Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin Shihab (Habib Rizieq -red).
“Aksi 411 kemarin coba kita lihat, massanya cuman 250 orang, artinya jamaah mereka sebenarnya memilih bersikap rasional,” tandasnya.
Oleh sebab itu, ketimbang mengikut aksi unjuk rasa berbalut momentum Reuni Akbar 212, jumlah massa pun gak akan membludak di Monas.
“Sebaiknya tokoh-tokoh bikin maulidan atau tasyakuran di majelis masing-masing biar kelihatan besar dan serentak, ketimbang dikumpulin di Monas tapi massa cuma 500 orang, kan malu,” pungkasnya.