Jakarta – Untuk mengendalikan laju inflasi di Jakarta, Calon Gubernur (Cagub), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan memaksimalkan peranan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI.
BUMD DKI akan memiliki peran menjaga kestabilan harga sembako dan mengendalikan inflasi. Salah satunya dengan membeli stok pangan dari Brebes dan membangun lima pusat perkulakan pada tahun depan.
“Kami akan beli stok pangan di Brebes dengan membeli resi gudang pada tahun depan, sehingga ada kepastian pasokan di Jakarta dan harga stabil. Selain itu, juga akan membangun lima perkulakan pada tahun depan, sehingga warga bisa menikmati seperti harga parik,” kata Basuki dalam paparan program Ekonomi dan Ketahanan Pangan di Rumah Lembang, Jalan Lembang, Jakarta Pusat, Jumat (16/12).
Hingga saat ini, laju inflasi di DKI Jakarta bergerak stabil. Inflasi November 2016 tercatat sebesar 0,24 persen, month-to-month (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,47 persen (mtm).
Dengan demikian, tekanan inflasi Jakarta menjelang akhir tahun masih terkendali dengan laju inflasi yang baru mencapai 2,09 persen (year on year) lebih rendah dari nasional 2,59 persen (yoy) dan jauh lebih rendah dari rata-rata lima tahun sebelumnya 4,64 persen (yoy).
Menurutnya, inflasi di Jakarta bergerak, baik dibandingkan bulan sebelumnya maupun rata-rata inflasi November dalam lima tahun terakhir. Dorongan inflasi yang tinggi dari kenaikan harga komoditas kelompok bahan makanan, utamanya sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan, dapat teredam oleh rendahnya inflasi pada kelompok lainnya.
Relatif stabilnya inflasi Jakarta pada bulan November 2016 didukung oleh inflasi kelompok sembako yang bergerak relatif stabil sejak awal tahun 2016.
“Jika dibandingkan dengan provinsi lain sejak lima tahun terakhir kita paling baik tingkat laju inflasinya. Makanya saya heran ada orang bilang Jakarta inflasinya tinggi, dan bicara tanpa data yang benar,” ujarnya.
Kenapa hal ini bisa terjadi, jelas Ahok, karena Pemprov DKI Jakarta memfungsikan BUMD dengan baik. Pemprov DKI Jakarta investasi mesin kemasan sampai dengan pemrosesan beras di Cipinang. Selain itu dilakukan juga operasi pasar di kampung-kampung padat, agar stabilnya harga beras, harga daging, dan terarah.
“Dulu operasi pasar kita jumpai datang 2 truk daging dan habis dalam waktu sebentar. Tetapi yang beli justru tukang daging dan ini tidak bisa dikontrol. Kami ubah stateginya untuk daging subsidi harus dibeli dengan pemegang KJP dan penerima UMP,” jelasnya.
Strategi ini, lanjutnya, tidak lain untuk menjaga agar inflasi terjaga, dan tentunya membuat rakyat Jakarta dapat menikmati semua yang menjadi kebutuhannya, utamanya sembako.
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengakui menghadapi kesulitan dalam mengendalikan harga bumbu-bumbuan, bawang dan cabe, karena pengaruh La Nina. Tetapi melalui BUMD Dharma Jaya akan dilakukan penyetokan dengan membangun lima perkulakan sekelas Makro dan membeli stok di Brebes.
“Mungkin tahun ini kita akan memulainya yang pertama di terminal Pulo Gebang, itu pun saya batasi karena saya tidak mau merusak ekonomi di Jakarta. Niatnya hanya supaya tidak ada orang memanfaatkan dan menaikkan harga,” tandasnya.
Anomali cuaca La Nina yang menyebabkan hujan berkepanjangan, telah mengganggu produktivitas komoditas hortikultura di berbagai sentra di tanah air. Hal tersebut berdampak pada berkurangnya pasokan yang masuk ke pasar-pasar di ibu kota.