JAKARTA – Warga Jakarta dihimbau untuk menentukan pilihannya berdasarkan hati nurani dan akal sehat, bukan berdasarkan sentimen agama semata. Hal ini perlu dilakukan karena kalau salah pilih Gubernur, Jakarta yang sudah mulai tertata dan berbenah ini akan menjadi berantakan dan harus memulai dari nol lagi untuk melakukan pembangunan.
Demikian dikatakan Yusuf Ariadi, koordonator Gerakan Mahasiswa Indonesia (Gema Indonesia) dalam orasi di depan KPUD DKI Jakarta, Jl. Kramat Jakpus, Kamis (13/4).
“Warga Jakarta jangan terprovokasi dengan kampanye-kampanye jahat pendukung paslon yang bawa-bawa agama dalam politik. Percuma pilih yang seiman tapi nanti malah bikin Jakarta tambah rusak. Pilkada ini memilih pemimpin daerah yang akan melayani dan membangun Jakarta, bukan memilih pemimpin agama,” ujarnya.
Dia yakin warga Jakarta sudah cerdas sehingga tidak terpengaruh dengan hasutan-hasutan seperti itu. Ahok dan Jarot sudah jelas arahnya, mau dibawa kemana Jakarta ini.
“Kenapa harus coba-coba lagi dengan milih pemimpin sok santun, tapi ternyata watak aslinya tak seindah wajahnya, dibelakang didukung orang-orang yang menakutkan dengan gagasan yang mengancam kebhinekaan. Ini berbahaya,” cetusnya.
Dia menambahkan, boleh saja mengajak warga Jakarta untuk memilih jagoannya dengan membawa unsur agama, tapi tidak perlu dengan mengancam, menakut-nakuti dan mengintimidasi.
“Sampaikanlah ajaran agama itu dengan sejuk, jangan dengan ancaman kekerasan. Kasihan nanti agama jadi dinilai menakutkan, padahal sebenarnya rahmatan lil alamin,” tambahnya.
Demikian pula jika ada orang, ulama dan habaib yang memiliki pendapat muslim boleh pilih pemimpin non muslim, jangan dimusuhi dan dikafir-kafirkan hanya karena perbedaan pilihan.
“Saya mendukung ulama yang membolehkan muslim memilih pemimpin non muslim. Karena ini soal ketatanegaraan, bukan soal pemimpin agama. Tapi sah saja kalau ada yang menolaknya, mungkin karena didasari kebencian,” pungkasnya.
Selain orasi, ratusan massa aksi yang menggunakan topeng annonymus juga membentangkan spanduk bertuliskan “MUSLIM BOLEH PILIH PEMIMPIN NON MUSLIM” dan spanduk lain yang intinya menolak penggunaan isu SARA dalam Pilkada DKI.