JAKARTA – Kaesang Pangarep resmi bergabung dengan PSI. Bahkan putra Bungsu Jokowi ini juga ditetapkan sebagai Ketua Umum PSI saat Kopdarnas PSI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (25/9). Banyak pengamat berpendapat soal Kaesang ke PSI dan dikait-kaitkan dengan PDIP. Ada yang mengatakan bahwa Kaesang ke PSI adalah bagian dari manuver politik Presiden Jokowi dan menandakan hubungan yang sedang tidak baik-baik saja antara PDIP dengan Jokowi.
Namun Politisi PDIP, Dr M Kapitra Ampera membantahnya. Katanya, hubungan PDIP dengan Jokowi masih baik-baik saja. Menurutnya di bulan-bulan politik seperti saat ini politik Fait Accompli sedang diminati sekelompok orang, baik dalam pertarungan politik atau dalam keinginan politik yang terancam dalam sebuah kompetisi. Dan PDIP menjadi sasaran karena kader PDIP adalah kader-kader yang memiliki kualitas tinggi.
“Karena itu PDIP sering dijadikan sasaran untuk memfait accompli partai dengan kader-kadernya,” kata Kapitra dalam acara live di Metro TV dengan topik “Kaesang ke PSI, PDIP Tak Happy?” Senin (25/9) malam.
Kapitra juga mengatakan, bagi PDIP keputusan politik itu sifatnya personal. Tetapi jika seseorang berada dalam sebuah partai, tentu komitmen dan konsisten dalam partai politik itu harus menjadi sebuah tiang, tonggak peradaban politik yang bermartabat.
“Sehingga orang dapat menilai bagaimana seseorang punya keinginan politik itu bukan hanya menjadi cermin dari keinginan personal tetapi juga keinginan untuk membangun sebuah peradaban baru di republik ini,” kata Kapitra Ampera.
Menurut Kapitra Ampera, ada benturan-benturan yang dibangun seolah-olah ada perselisihan, ada ketidak harmonisan, antara kader dan pemimpin partai. itu muncul baru sekarang, di bulan-bulan politik. Artinya ada muatan didalamnya, sehingga para analisator berlomba-lomba untuk menyumbangkan sebuah pikiran yang mungkin saja bisa menyesatkan dari realitas yang sesungguhnnya.
“Karena sampai hari ini PDIP dan kadernya sangat happy dalam melaksanakan dan menjalankan bulan-bulan politik seperti saat sekarang ini,” kata Kapitra.
Karena kata Kapitra, bagi PDIP pilihan politik seseorang adalah wujud pengabdian seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam membangun masa depan Indonesia. PDIP merupakan partai politik yang memegang prinsip kebersamaan dan gotong royong dan tidak mempermasalahkan pilihan pribadi seseorang.
Kapitra juga mengatakan, banyak orang melihat sebuah peristiwa politik dan menghubungkannya dengan konteks yang berbeda. PDIP juga punya sebuah regulasi dan tentu ada kriteria untuk diterapkan.
“Tetapi Kaesang ke PSI adalah bagian dari hak politik dan hak-hak dasar manusia dan pengaruhnya bagi PDIP tidak seperti yang dianalisa banyak pengamat. Karena rumah tangga PDIP tentulah PDIP yang mengetahuinya, kita lah yang paham. Tapi karena kita punya kader berkualitas lalu coba dibenturkan seolah-olah ada keguncangan,” kata Kapitra.
Kaesang ke PSI kata Kapitra Ampera, hanyalah peristiwa biasa yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Tetapi karena banyak analisa dan banyak orang yang ingin terlibat, seolah-olah ini menjadi peristiwa besar.
“Akibatnya pikiran banyak orang menjadi dangkal dan menyambung-nyambungkan hal yang tidak ada korelasinya,” ujar Kapitra.
Kapitra juga mengingatkan, jangan samakan antara Kaesang dengan Presiden Jokowi. Kaesang belum pernah menjadi kader PDIP. Jokowi adalah kader yang diusung oleh PDIP. Pilihan Kaesang bukan peristiwa kenegaraan, melainkan hanyalah sebuah pilihan pribadi.