Jakarta – Ramainya pemberitaan rencana pulang kampung Habib Rizieq Shihab hingga antusias pengikutnya yang menyiapkan kedatangannya ke Indonesia menyedot perhatian publik.
Menurut kabar yang beredar Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu akan tiba di Indonesia pada Rabu, 21 Februari 2018 nanti.
Namun, isu kepulangan Habib Rizieq Shihab masih simpang siur. Sampai saat ini tidak ada satu pun pihak yang bisa memastikan kepulangan imam besar Front Pembela Islam (FPI) itu. Ada tuduhan alasan finansial di balik kemunculan isu ini.
Salah satu pendiri Presidium Alumni 212, Faizal Assegaf, meragukan Habib Rizieq Shihab akan pulang ke Tanah Air pada 21 Februari. Isu kepulangan Habibb Rizieq, kata dia, hanya merupakan isu yang dimainkan kelompok-kelompok berkepentingan dengan tujuan finansial.
“Isu kepulangan HRS hanyalah gombal besar yang sengaja dibuat untuk mengais keuntungan terselubung,” ungkap Faizal Asegaf, hari ini.
Menurut dia, ada keuntungan politik dan keuntungan finansial alias mencari uang. “Terkait isu ini untuk mengais keuntungan finansial,” ujar Faisal.
Dia juga menanggapi momen yang kabarnya akan disambut oleh ribuan para pengikutnya Habib Rizieq di Bandara. Kata dia, hal itu berpotensi menimbulkan kegaduhan pada masyarakat Indonesia. Dia menyatakan penolakan atas rencana pengerahan massa untuk penjemputan imam besar FPI itu. Faizal menyebut penjemputan tersebut harusnya tidak boleh membawa kegaduhan.
Pasalnya, HRS dulu saat kabur tidak pernah minta pendapat publik dan diantar jutaan orang. Maka, tak tepat bila pulangnya harus disambut. Apalagi sampai harus menciptakan kegaduhan publik.
Hal senada juga dilontarkan, tim Pengacara yang mendampingi Habib Rizieq dalam menghadapi kasus hukum, Kapitra lebih menyarankan Habib Rizieq tidak pulang saja.
“Saya akan sarankan Habib untuk tidak pulang dulu. Karena situasinya masih begini,” kata Kapitra.
Menurut Kapitra, pada waktunya nanti Habib Rizieq pulang. Dia meminta agar tidak dilakukan penjemputan yang berlebihan. Kapitra khawatir bakal ada gesekan yang merugikan banyak pihak.
“Saya mengamati bahwa sudah ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan situasi bangsa ini. Saya takut bahwa jika dilakukan malah dilakukan hal-hal represif. Nanti kita yang rawan kena kalau terjadi apa-apa, kita rawan dijadikan kambing hitam,” ujar Kapitra.