Depok – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Pemusatan Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Tingkat Pusat Tahun 2024, sebagai wujud dan bukti tanggung jawabnya dalam mengemban tugas menyelenggarakan dan melatih Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), pada hari Sabtu (13/07/2024), di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Depok, Jawa Barat.
Antonius Benny Susetyo, selaku Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, memberikan bimbingan dengan tema materi Pancasila dari Indonesia untuk Dunia.
“Dari Pidato Bung Karno di Sidang PBB, Pancasila sudah ditawarkan sebagai ideologi yang membawa perdamaian dunia serta membawa konsep tata dunia baru. Ibu Megawati Soekarnoputri pun kembali menegaskan hal tersebut. Pancasila mampu membawa rancangan perdamaian dunia, karena Pancasila mampu merajut kemajemukan dan keragaman,” tuturnya.
Benny, sapaan akrabnya, meneruskan penjelasannya.
“Negara kita ada sekitar 700 suku bangsa dan bahasa. Lihat bagaimana di negara Afghanistan, atau di negara-negara Timur Tengah; mereka hanya ada beberapa suku, tetapi terpecah belah. Indonesia bersatu dan masih bersatu karena Pancasila, dasar negara kita.”
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP tersebut menjelaskan lebih lanjut apa itu konsep tata dunia baru.
“Bung Karno sudah menjelaskannya. Tata dunia baru itu adalah dunia dimana tidak ada lagi konsep negara berkembang di belakang negara maju. Negara berkembang dan maju memiliki hak dan kewajiban yang sama; tidak didiskriminasikan di sumber daya alam, manusia, dan juga dalam hal keadilan. Indonesia selama ini sudah menjadi pelopor gerakan ini: Menteri Luar Negeri, saat covid terjadi, berupaya agar vaksin dikuasai untuk semua, bukan untuk negara-negara maju saja. Indonesia berperan besar. G20, juga, dimana Indonesia mampu menjadi jembatan bagi Amerika, Cina, dan Rusia. Indonesia melakukan diplomasi Pancasila.”
“Jadi, Indonesia, sebagai pelopor dan dimana Pancasila berakar, harus bisa menjalankan nilai-nilainya. Kemerdekaan bagi semua manusia, mewujudkan masyarakat yang sejahtera, kecerdasan dan keamanan bangsa terwujud, dan terciptanya keadilan dan perdamaian.”
Pakar komunikasi politik tersebut menyatakan bagaimana anak-anak muda dapat menjadi pelaku dan penjaga Pancasila.
“Anak-anak muda dapat mengamalkan nilai Pancasila. Nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Semua nilai-nilai tersebut dapat dilakukan oleh teman-teman semua, dengan semua memiliki ‘rasa’. Jangan kehilangan ‘rasa’ tersebut. Memang, teknologi berkembang pesat, tapi itu dapat membuat orang-orang kehilangan ‘rasa’. Orang-orang menjadi robot, diatur dan dikontrol oleh algoritma, oleh kepintaran artifisial, oleh robot dan teknologi. Inilah yang harus disadari dan dilawan. Teknologi tetap menjadi penting, tapi orang-orang tidak boleh kehilangan ‘roso’. Bagaimana tidak kehilangan ‘rasa’? Amalkanlah nilai-nilai Pancasila,” jelasnya.
“Cinta tanah air, rela berkorban, punya tanggung jawab terhadap bangsa dan negara, agar mampu menyelamatkan generasi agar tidak masuk godaan teknologi. Punya literasi digital: kemampuan menyaring dan tidak mudah dirayu dan ditipu di dunia media sosial. Berpikir kritis, itu harus dimiliki oleh kalian semua.”
Benny pun menutup dengan sebuah kesimpulan.
“Dengan Pancasila, Indonesia menjadi poros tata dunia baru untuk mewujudkan kedamaian an kesejahteraan sosial. Adik-adik, sebagai tunas bangsa, harus mampu mewujudkan cita-cita untuk menciptakan tata dunia baru, dan kalianlah pemimpinnya; pemimpin yang mewarisi api semangat Soekarno dan para founding fathers.”