JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid mengatakan bahwa reuni 212 bukan sesuatu yang wajib dihadiri. Sebab, kegiatan tersebut cenderung merupakan kegiatan politik praktis.
“Itu kegiatan kan awalnya untuk menggulingkan Ahok. Awalnya memang kegiatan politik praktis yang akhirnya dimanfaatkan Anies untuk maju Pilkada kan,” kata Habib Syakur, Jumat (29/11).
Jika pun ada kelompok masyarakat yang ingin hadir, ia tak bisa melarangnya. Sebab hal itu merupakan hak demokrasi setiap masyarakat.
“Ya silakan saja hadir. Itu kan hak semua warga negara. Siapa pun bebas berserikat dan berkumpul dan itu dilindungi UU kan,” ujarnya.
Hanya saja, ketimbang hadir dalam majelis reuni 212 yang memang sejak awal dijadikan panggung politik kelompok FPI, ia menyarankan agar masyarakat memilih untuk menggelar doa bersama, dzikir dan wirid di masjid masing-masing.
“Kan lebih baik bikin dzikir bersama, makmurkan masjid dan mushalla di sekitar rumah kita ketimbang hadiri acara yang hanya mendengarkan caci maki dan hasutan politik. Ya walau dibungkus dengan shalawatan ya,” tuturnya.
Bagi Habib Syakur, memakmurkan masjid di sekitar lingkungan rumah justru jauh lebih baik dan memberikan manfaat yang luar biasa. Antar masyarakat bisa saling rekat dan silaturrahmi.
“Masjid itu bukan sekadar tempat untuk ibadah mahdlah, tapi juga ibadah muamalah salah satunya bonding ummah, umat saling kuat persatuannya, ukhuwah islamiyah, basyariyah dan wathaniyah,” jelasnya.
Terlebih jika melihat beberapa agenda seperti yang teranyar Aksi 411 yang diselenggarakan oleh Front Persaudaraan Islam (FPI) di bundaran Patung Kuda Arjuna Wiwaha 4 November 2024 kemarin, tampak sepi. Terlebih orasi-orasi yang disampaikan juga jelas cenderung politis.
Sehingga ia pun menilai bahwa gerakan 212 yang sempat dicetuskan oleh Habib Rizieq Shihab sudah tidak mulai ditinggalkan oleh umat Islam.
“Mungkin mereka sadar kekuatan mereka digunakan untuk bargain politik. Kan kemarin juga orasinya ada aja tuh unsur caci maki. Mungkin umat juga sudah sadar, makanya gerakan itu sudah kehilangan legitimasinya,” pungkas Habib Syakur.
Sekadar diketahui, bahwa reuni 212 rencananya akan diselenggarakan oleh DPP FPI. Kegiatan tersebut rencananya akan dibungkus dalam nuansa aksi unjuk rasa di kawasan Monas. Jika sebelumnya berkaitan dengan politik elektoral di Indonesia, kali ini berkaitan dengan gerakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
Aksi tersebut rencananya akan diselenggarakan pada hari Senin, 2 Desember 2024. Pelaksananya adalah Ahmad Sobri Lubis.