Oleh Ayik Heriansyah
Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jabar
Haul Khilafah maksudnya Khilafah Utsmaniyah tahun ini diperingati oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan aksi unjuk rasa Masirah Kubra (demo besar) di depan Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta pada tanggal 26 Januari 2025. Di beberapa daerah juga dilaksanakan aksi yang sama.
Akun-akun media sosial milik aktivis HTI menyebut ada sekitar 40.000 massa aksi di Jakarta. Dan sempat menjadi trending topic di laman X (twitter).
Setelah HT Kanada menghebohkan dunia internasional dengan rencana ingin menyelenggarakan haul khilafah dalam bentuk konferensi, feeling DPP HTI mengatakan, pasti aparat sedang mengendus-ngendus di mana dan kapan kiranya acara haul khilafah di Indonesia diadakan.
Aparat dibuat kecele. Tenyata tempat acara haul khilafah bukan di aula kantor, ballroom hotel, dan ruang utama masjid. Melainkan di tengah-tengah jalan protokol. Aksi unjuk rasa dipilih karena perizinannya lebih mudah, biayanya lebih murah, efek opininya lebih menggema dan lebih aman karena dijaga dan dikawal polisi serta tidak “dicurigai”.
Agar tidak terlalu kentara bernuansa khilafah acara ditandemkan dengan peringatan Isra’ Mi’raj dan aksi bela Palestina. Dari sisi penyelenggaraan Masirah Kubra HTI terbilang sukses dan lancar.
Namun sepi dari peliputan media-media utama nasional. Sehingga dari sisi pengopinian HTI kurang berhasil. Walhasil, politik populisme HTI gagal.
Masirah Kubra media komunikasi politik HTI. Sebagai partai politik apa pesan yang ingin disampaikan oleh HTI. HTI telah menyampaikan pesan kepada pemerintah dan masyarakat bahwa mereka masih ada. Masih solid. Bahwa HTI baik-baik saja.
Mereka juga ingin mengingatkan pemerintah agar jangan terlalu optimis dapat memberangus HTI dengan KUHP baru yang berlaku tahun depan. Pemerintah belum tentu menang di pengadilan karena ada beberapa konsep dalam pasal-pasal di KUHP yang ambigu, debatable dan multitafsir.
Pun andaikata HTI divonis bersalah dengan pidana beberapa tahun penjara, yang menjadi pertanyaan seberapa besar kapasitas ruang kosong yang tersedia di Lembaga Pemasyarakatan untuk menampung mereka?
Jika mereka disatukan dengan narapidana yang lain, apakah tidak mereka manfaatkan untuk meradikalkan para narapidana yang lain? Mengingat aktivis HTI adalah orang-orang yang ideologis. Umumnya mereka intelek, well educated dan well attitude yang membuat narapidana simpati.
Typical HTI ketika merasa didzalimi adalah melawan. Melawan kedzaliman yang dilakukan pihak lain terhadap mereka. Vonis bersalah pengadilan terhadap ideologi yang mereka yakini maka akan dinarasikan, diopinikan dan diviralkan sebagai bentuk kedzaliman rezim.
HTI akan melawan secara pemikiran dan politik dengan mem-framing pemerintah sebagai pemerintah sekuler, islamofobia, anti Islam, anti Syariah dan anti Khilafah ajaran Islam. Di sini pasukan digital HTI yang bersenjatakan ribuan akun dan channel media sosial dengan follower jutaan orang melumat pemerintah sampai serujak-rujaknya.
Saya bukan mengglorifikasi HTI. Saya ingin semua ini menjadi perhatian kita semua. Agar dapat dipersiapkan langkah-langkah antisipasi. Jadi, jangan salah baca dan salah rasa dengan maksud, tujuan dan konteks dari tulisan saya.