Mataram – Memperingati Hari Lahir Pancasila tahun 2018, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Mataram melakukan unjukrasa ke DPRD NTB pada Jumat (1/6).
Dalam aksi ini, massa dengan Korlap Herman menyatakan delapan (8) tuntutan, yakni :
1. Pancasila Jaya, NKRI Harga Mati, Radikalisme Musnahkan, Terorisme Hancurkan, Khilafah Binasakan.
2). Mendesak kepada seluruh kader partai politik agar memberikan statement yang tidak kontraproduktif terhadap situasi nasional pasca peledakan bom di Surabaya.
3). Agar PKS dapat memberikan penjelasan adanya politisasi dan setingan terhadap kejadian bom di Surabaya.
4). Mendesak dan mengajak seluruh rakyat untuk menolak politik bertopeng agama dan paham radikalisme yang menjadi pemicu lahirnya kejahatan terorisme.
5). Mendesak kepada DPP PKS untuk memecat para kader PKS yang menganggap kasus teroris adalah rekayasa.
6). Mendukung pihak keamanan TNI Polri untuk bertindak tegas serta mengusut tuntas terhadap rentetan kasus terorisme yang terjadi di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Barat, libas tuntas terorisme dan radikalisme di Indonesia.
7). Bubarkan parpol pendukung terorisme dan radikalisme di Indonesia.
8). Mendukung UU Terorisme dan Radikalisme di Indonesia.
Sebelum menyatakan tuntutan, secara bergantian massa melakukan orasi. Dalam orasinya, massa menegaskan bahwa PMII Kota Mataram sepenuhnya mendukung dan memegang erat nilai dan norma Pancasila.
Menurut massa, butir-butir ba’it yang terkandung dalam Pancasila sama sekali tidak menentang nilai keagamaan, karena Pancasila merupakan bagian penting dari amal syar’i (Agama).
“PMII Kota Mataram menjadi garda terdepan dalam menjaga Kedaulatan NKRI dan Pancasila.” Ujar Korlap Herman.
Massa juga mengatakan bahwa aksi teror bom merupakan tindakan keji. Namun sangat disayangkan, ada oknum Partai Politik (PKS) menyatakan bahwa aksi teror bom yang terjadi ialah bentuk politisasi yang berimbas pada pilpres 2019.
Menurut massa, pernyataan tersebut adalah bentuk provokasi yang memungkinkan perpecahan antar ummat beragama, berbangsa, bernegara, di Tanah Pertiwi.
“Mengutuk keras Aksi Teror bom di Surabaya dan bentuk Radikalisme. Dan pecat kader Parpol PKS yang mengatakan bahwa aksi teror bom adalah bentuk rekayasa politik.” Seru Herman.
Dalam aksi ini pula, massa membakar keranda mayat sebagai simbol perlawanan terhadap semua tindakan radikalisme.