JOMBANG – Rakyat Indonesia tengah menghadapi tantangan jelang pemilihan umum (Pemilu) 2019. Pasalnya, tantangan saat ini jauh lebih berat ketimbang pemilu sebelumnya pada 2014.
Salah satunya adalah proxy war yang sedang mengglobal dan tumbuh suburnya radikalisme beragama.
Kasubdit Keamanan Khusus Intelkam Polri Kombes Pol Ratno Kuncoro mengingatkan pentingnya kewaspadaan generasi muda terhadap situasi global dan nasional yang bisa memecah belah bangsa lewat momentun pemilu 2019.
“Seperti radikalisme atas nama agama yang dilakukan ISIS di Irak dan Syiria, maraknya perilaku kekerasan atas nama SARA, dan intolerensi,” ungkap Kombes Ratno dalam dialog kebangsaan “Penguatan Wawasan Kebangsaan dalam Rangka Sukses Pemilu 2019” di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang, Sabtu (26/1/2019).
Menurutnya, Indonesia sekarang jadi incaran utama setelah timur tengah hancur. Kata dia, banyak pihak luar yang ingin menguasai sumber daya Indonesia dengan menggunakan Pemilu 2019 sebagai pintu masuknya.
“Indonesia akan menjadi 4 negara termaju di dunia dengan catatan: semua elemen bangsa secara bersama bisa mengatasi radikalisme, intoleransi dan potilisasi agama,” tuturnya.
Sementara itu, Ahli Tafsir Ponpes Tebu Ireng Jombang KH. Mustain Syafi’i menjelaskan secara ringkas tentang bahaya fanatisme beragama yang kemudian dijadikan alat bakar dalam meraih kekuasaan. Padahal inti semua pesan agama tentang humanisme atau kemanusiaan.
“Saat politik diwarnai dengan fanatisme agama, maka perilaku yang muncul adalah saling merendahkan satu dengan yang lain bahkan saling menghinakan dengan menyebar berita – berita hoax. Padahal itu bertentangan dengan pesan kemanusiaan dalam Al Quran,” terang Mustain.
Oleh karenanya, dia menyerukan kepada semua pihak untuk bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan NKRI dengan mendukung suksesnya pelaksanaan pemilu 2019.
“Kita juga harus lawan hoax yang dapat memecah belah persatuan bangsa. Bersama Ulama dan Umaro kita bisa membawa Indonesia maju,” pungkasnya.