JAKARTA – Forum Lintas Aktivis Mahasiswa Indonesia Timur menyatakan bahwa upaya mendukung bangsa lain terlepas dari Indonesia adalah bentuk pengkhianatan terhadap Ibu Pertiwi. Dan membangun rasisme di tengah perbedaan adalah upaya pemerkosaan terhadap persatuan Indonesia.
“Yang kami harapkan adalah agar persatuan dan kesatuan Indonesia bisa di tegakan sesuai apa yang sudah di cita-citakan bangsa. Tidak perlu kita saling menjatuhkan satu sama yang lain tetapi marilah untuk bersatu dan membuka cakrawala berfikir kita demi Indonesia yang lebih baik,” ungkap Koordinator Forum Lintas Aktivis Mahasiswa Indonesia Timur Faiz Gusylawan saat diskusi dan konferensi pers di Dapoer Roti Hutan kayu Jakarta Timur, Sabtu (2/11/2019).
Faiz menghimbau agar pemerintahan Jokowi-KH. Ma’ruf lebih memperhatikan lebih baik lagi keberadaan pemuda Papua bahkan mahasiswa yang ada di seluruh Indonesia Timur agar bisa berkontribusi kepada negara.
“Jangan sampai juga sesama anak bangsa di adu domba oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Masalah Papua merupakan tanggung jawab kita bersama,” ujarnya lagi.
Faiz juga berpesan agar mahasiswa asal Papua yang masih berlibur dikampung halamannya untuk segera kembali melanjutkan studinya ke kampusnya masing-masing. Dia menyakini mereka (Putra Papua) sangat di butuhkan oleh Negara.
“Kita doakan semoga kedatangan Presiden Jokowi ke bumi Cenderawasih bisa menyelesaikan akar persoalan yang terjadi di tanah Papua. Semoga tetap aman, damai dan jadikan warga Negara yang berasaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata Faiz.
Ditempat yang sama, mahasiswa Papua asal Manokrawi Noken Djolem memastikan kejadian yang terjadi di wilayahnya akibat provokasi dan propaganda pihak-pihak yang tidak menginginkan Indonesia tetap damai.
“Ada yang ingin menjadikan Papua tidak aman sehingga masyarakatnya cepat terprovokasi,” tutur Noken.
Sementara itu, Ongen Tomasoa menuding ada kelompok separatis yang ingin mempengaruhi mahasiswa Papua untuk memancing kerusuhan.
“Upaya provokasi melalui hoax sangat berbahaya yang mengakibatkan Papua terpecah bela,” cetus Ongen.
Hal senada dilontarkan Dosen Fakultas Hukum Mpu Tantular M. Amin Saleh dan Mahasiswa UKI Teka Djelpupin bahwa peristiwa Papua sangat jelas di adu domba oleh oknum dan pihak asing. Karena memang terkait dengan hasil kekayaan alam di Papua, mereka merasakan tidak ada pembagian ekonomi secara merata.
“Isu-isu tentang Papua mereka sangat sensitif dalam mendengarkan informasi-informasi terkait dengan Papua,” sambung Amin.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Imajar Benoni menuding ada oknum yang sengaja memancing agar muncul gejolak konflik karena keengganan melakukan pemerataan ekonomi.
“Rasa ketidakadilan atau kecemburuan sosial yang mengakibatkan masyarakat merasa resah, itulah yang terjadi,” bebernya.
Disesi akhir, Direktur LKBHMI Salim Wehfany menegaskan bahwa rakyat Indonesia mempunyai keiginan untuk Papua damai namun dibalik itu selalu ada cobaan dari pihak ketiga yang bikin onar memecah belah rakyat Papua.
“Masyarakat Papua jangan cepat terpancing dengan isu-isu tertentu tetapi marilah kita sama-sama mendewasakan diri untuk siap menantang orang-orang yang mau memprovokator masyarakat Papua,” pungkasnya.