JAKARTA – Kepala Integrasi Keilmuan dan Pengembangan Tradisi Pemikiran LPP AIK UHAMKA Amirullah menyampaikan pesan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan para pejabat publik di pemerintahan Jokowi agar dapat memetik berbagai tauladan sikap Rasulullah SAW, dalam menjalankan tugas negara.
“Melalui momentum Maulid Nabi ini, pemerintahan Jokowi bisa amanah memperjuangkan kepentingan rakyat. Anggota DPR dan pejabat publik lainnya juga diharapkan bisa mencerminkan keteladanan rasulullah,” ungkap Amirullah saat seminar dalam rangka merefleksikan Maulid Nabi Muhammad SAW bertema “Spirit Profetik untuk Keadaban Indonesia” yang diinisiasi PK IMM FKIP UHAMKA dan Pusat Kajian Islam Indonesia dan Humanitarian di Aula UHAMKA Pasar Rebo Jaktim, Jumat (8/11/2019).
Menurut kader Muda Muhammadiyah ini, sifat yang harus diteladani dari sifat Nabi Muhammad SAW adalah ada empat, yaitu sidiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Sidiq artinya benar atau jujur, amanah artinya bisa dipercaya, fathonah artinya cerdas, dan tabligh artinya menyeru kepada kebaikan. Keteladanan Nabi dalam konteks sehari-hari dan zaman sekarang adalah bahwa harus sidiq atau jujur dalam kehidupan sehari-hari.
“Nabi adalah sosok yang humanis, gagah dan berwibawa, simpatik terhadap perasaan orang lain. Nabi tidak pernah memaksakan tapi sangat bijaksana dan beradab,” sambung Direktur Eksekutif Puskim.
Amir yang juga penulis buku pendidikan Humanis dan IMM untuk Kemanusiaan ini pun menyindir kelompok yang mengaku mengatasnamakan ormas Islam namun tidak meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Umat Islam di Indonesia jika benar-benar menerapkan apa yang di lakukan oleh rasulullah maka Indonesia akan maju.
“Jika ada kelompok yang mengatasnamakan ormas Islam tetapi marah-marah terus, maka ini jauh dari apa yang di lakukan Nabi. Nabi memberi sprit kepada kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu kerjasama dan keharmonisan,” tuturnya.
Sementara itu, di peringatan Maulid Nabi Muhammad ini, Sekjen IMM Robby Karman mengingatkan kepada semua pihak untuk tidak takut dengan perbedaan yang ada di Indonesia.
“Kita jangan takut dengan perbedaan, itu sudah keniscayaan, walupun perbedaan ada yang masih bisa di toleransi dan tidak bisa di toleransi,” kata Robby.
Ditempat yang sama editor Republika Ahmad Shaleh mengatakan saat ini masyarakat Indonesia memilki posisi yang penting dalam kemajuan negara dan agama khususnya di era 4.0 saat ini.
Kata Shaleh, dengan keterbukaan informasi yang ada saat ini, generasi milenial muslim juga harus dituntut mencerna informasi agar diterima dengan baik.
“Era digital ini tidak bisa di hindari, tetapi kita hanya bisa menangkal paham yang bisa merusak dan mengadu domba antar sesama,” tandasnya.