JAKARTA – Informasi bohong atau hoaks tak hanya deras mengalir saat Pemilu 2019. Kini, hoaks pun meluas di tengah wabah Covid-19. Jika pada Pemilu 2019 sasaran hoaks adalah kontestasi, terutama saat pemilihan presiden, kini sasaran hoaks adalah kepanikan warga akibat pandemi.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dihimbau untuk selektif memilih informasi ditengah pandemi Covid-19 ini. Mengingat banyaknya pemberitaan negatif dan hoax serta ujaran provokasi dari akun media sosial maupun media online abal-abal.
Terlebih untuk mewaspadai provokasi ajakan berbuat kerusuhan, penjarahan, dan menakut-nakuti masyarakat. Dan akun-akun provokatif tersebut kerap menghasut masyarakat yang sedang mengalami kesulitan karena ada wabah virus corona. Bahkan, tak jarang ada akun medsos yang mengajak warga melakukan penjarahan.
Dengan adanya fenomena tersebut, masyarakat bisa bersama-sama membantu pemerintah dan aparat penegak hukum khususnya Kepolisian untuk melakukan perlawanan dengan berita bohong dan provokatif. Caranya, pertama, berhati-hati dengan judul yang provokatif. Berita hoaks sering kali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menunjuk kepada pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki pembuat hoaks.
Oleh karena itu, jika menjumpai berita berjudul provokatif, sebaiknya masyarakat mencari referensi berupa berita serupa dari situs daring resmi atau media arus utama, lalu membandingkan isinya, sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya warga sebagai pembaca bisa memperoleh kesimpulan lebih berimbang.
Jika menjumpai berita berjudul provokatif, sebaiknya masyarakat mencari referensi berupa berita serupa dari situs daring resmi atau media arus utama.
Kedua, cermati alamat situs media daring. Untuk informasi yang diperoleh dari situs web e atau mencantumkan tautan, cermatilah alamat URL atau tautan situs yang dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain blog, informasinya bisa dibilang meragukan.
Ketiga, periksa fakta. Perhatikan dari mana berita berasal dan sumbernya. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran utuh atas suatu fakta dari sebuah informasi atau peristiwa. Keempat, cek keaslian foto. Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video.
Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa juga dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Kelima, ikut serta grup diskusi antihoaks. Di Facebook terdapat sejumlah Fanpage dan grup diskusi antihoaks, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage dan Group Indonesian Hoax Buster, dan Fanpage Indonesian Hoaxes. Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi termasuk hoaks atau bukan sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
Menyaring informasi dari beragam media memang tidak mudah dan membutuhkan sedikit usaha. Adanya kesadaran masyarakat untuk menyaring informasi mana yang sekiranya perlu dibagikan dan mana yang tidak perlu dibagikan, menjadi langkah tepat di saat masyarakat dilanda kecemasan dan kepanikan akibat pandemi global Covid-19.