JAKARTA – Di era Pandemi Covid-19, Ketua Umum PB HMI MPO Ahmad Latupono mengingatkan kepada semua elemen bangsa untuk selalu tetap menjaga Pancasila karena Pancasila adalah alat pemersatu bangsa Indonesia. Dia gelisah, jika akhir-akhir ini ada pergeseran bahwa sikap toleransi dari waktu ke waktu mulai memudar.
“Dengan mengamalkan sila-sila Pancasila, maka seluruh masyarakat Indonesia harus selalu menjunjung tinggi nilai persatuan di berbagai aspek mulai dari ideologi, politik, ekonomi sosial budaya, agama, keagamaan serta suku dan bangsa. Kita harus bersatu untuk kesatuan bangsa Indonesia yang merupakan negara yang memiliki banyak suku bangsa, ras, dan agama,” tegas Ahmad Latupono dalam diskusi bertema “Merajut Persatuan untuk Menjaga Kebhinnekaan Indonesia: Penguatan Solidaritas Sosial di Tengah Pandemi Covid-19”, Senin (21 September 2020).
Selain itu, kata dia, masyarakat Indonesia diingatkan untuk tetap bersikap saling menghargai dan menghormati sesama. Kata dia, suatu perbedaan itu harus di pahami dan di biarkan dalam rangka mewujudkan persatuan kesatuan bangsa. Dengan kata lain keanekaragaman bangsa dihormati dalam wadah kesatuan bangsa Indonesia.
“Hal ini juga selaras dengan semboyan yang menggambarkan secara jelas prinsip penghormatan keaneka ragaman dalam wadah persatuan, yakni “Bhineka Tunggal Ika”. Oleh karena itu Kebhinekaan harus dipahami sebagai sebuah kekuatan pemersatu bangsa yang keberadaannya tidak bisa dipungkiri. Kebhinekaan juga harus dimaknai sebagai sebuah keragaman yang mempersatukan, menerima perbedaan sebagai sebuah kekuatan, bukan sebagai ancaman ataupun gangguan,” jelasnya.
Dia berharap agar tidak ada kelompok yang ingin membuat perpecahan di bangsa ini. Kata dia, seharusnya bersama-sama membantu pemerintah untuk berjuang mengatasi pandemi covid-19.
“Berikan contoh yang baik kepada masyarakat disaat pandemi covid-19 ini. Jangan malah para tokoh maupun elit-elit politik ini justru dalam prakteknya kontraproduktif membuat kerumunan massa di tengah Pandemi. Itu yang kami sayangkan,” sebutnya.
Sementara itu, Politisi PDIP Kapitra Ampera menjelaskan bahwa karakter bangsa ini sudah lama hidup saling tolong menolong harmonis, kebersamaan yang sangat mengikat dan tidak ada yang merasa lebih soal itu.
“Itulah karakter bangsa kita. Tetapi karakter budaya itu lama kelamamaan akan tergerus dengan hadirnya monster politik yang menghancur semua itu,” sebut Kapitra.
Dikatakannya, perpecahan akan terjadi karena kepentingan politik, dan itu sudah terbukti terlihat kasat mata seperti yang terjadi dewasa ini. Menurutnya, persoalan penyelesaian Covid-19 bukan hanya domain pemerintah semata melainkan semua masyarakat Indonesia. Dia kecewa jika ada kelompok yang memanfaatkan wabah covid 19 ini untuk membangun opini liar menyudutkan pemerintah, sehingga elektabilitas mereka naik.
“Covid-19 ini masih merajalela, tapi agenda politik terselubung bermunculan dengan membuat kerumunan massa yang menimbulkan kluster baru,” kata Kapitra lagi.
Ia pun mengajak masyarakat untuk berhenti bicara politik, melupakan kontestasi politik dan fokus pikirkan menangani wabah covid-19. “Lupakan dulu kepentingan kelompok, lupakan dulu sakit hati yang kalah di konstestan, lupakan dulu perbedaaan bagaimana kita merajut persatuan apabila dominan politik masih ada di kotak kotakkan maka perlu kita lupakan itu. Indonesia milik kita semua, maka marilah kita merajut persatuan dibawah naungan Bhinneka Tunggal Ika,” tuturnya.
Ditempat yang sama, Pengamat Politik IPI Karyono Wibowo menegaskan bahwa di dalam menghadapi pandemi, semua pihak perlu bersatu padu dalam menghadapi covid 19. Ia memastikan dan tidak meragukan solidaritas yang ada di tengah masyarakat Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Sampai saat ini Indonesia masih memiliki tingkat solidaritas yang sangat tinggi.
“Kita bisa saksikan betapa semangatnya masyarakat Indonesia seperti contohnya di malang ada kampung tangguh, kampung jaga. Itu di bangun oleh masyarakat bawah tanpa melihat suku adat dan budaya, dan menjadi bukti bahwa di tingkat akar rumput solidaritas sangat tinggi tapi sebaliknya para elit di atas malah memecahkan dengan statement yang memecahkan satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ini yang sangat kita sayangkan, karena solidaritas tumbuh subur di akar rumput tapi yang saya katakan tadi tidak tumbuh subur di elit politik,” bebernya.
Kemudian belum lama ini muncul dekalarasi KAMI, kata dia, memang itu wajar di laksanakan karena dilindungi UU dan konstitusi, tetapi ada hal yang paradok, memang perlu penyampaian atau pandangan yang di sampaikan kepada pemerintah pusat soal anggaran penanganan covid, maupun aturan lainnya tapi penyampaian itu perlu di sampaikan pada tempatnya. Katanya, ada yang menarik didalam narasi yang di lontarkan oleh dekalrator KAMI salah satunya adalah “Meminta kepada pemerintah untuk menangani dengan serius covid 19 agar angkanya menurun” .
“Tapi di sisi lain mereka membuat kerumunan yang sudah pasti ada cluster baru di sana. Ini yang saya katakan paradoks. Karena dengan waktu yang sama, rakyat mendapat musibah malah ada yang manari-nari di atas penderitaan masyarakat, dengan kepentingan politik mereka. Soldaritas sosial kita, perlu kita tingkatkan, insya Allah bangsa kita bisa keluar dari sarang pandemi Covid 19,” pungkasnya.