Jakarta – Baru-baru ini Detasemen 88 Anti Teror kembali menangkap seorang terduga teroris asal Toli Toli, Sulawesi Tengah. Pelaku diketahui sedang belajar Bahasa Arab di kampung Inggris, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Penangkapan terduga teroris oleh tim Densus ini pun mengejutkan warga di Dusun Tegal Sari, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Sekjen Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Ir. Arwandi pun angkat suara dengan fenomena penangkapan terduga teroris oleh Densus 88 tersebut. Arwandi menilai cara-cara teroris untuk mengelabui masyarakat kini semakin cerdas bahkan warga sendiri pun terkejut dengan undercover yang dilakukannya.
“Teroris ini adalah nyata dihadapan kita. Peran serta masyarakat dalam mencegah aksi terorisme dapat ditingkatkan. Dan seharusnya peran masyarakat dilibatkan secara lebih luas dalam pencegahan aksi terorisme. Tapi luar biasa atas kerja keras Densus 88 ini,” ungkap Arwandi, Selasa (14/3).
Arwandi juga mengapresiasi kesepakatan kerjasama Polri dengan pemerintah Afghanistan dibidang penanganan antiterorisme. Pasalnya, kesepakatan kerjasama itu berlanjut hingga pengiriman peralatan antiteror hingga pelatihan bersama.
Hal ini tercapai di forum Chiefs of Police Conference of South Asia and Neighbouring Countries, yang berlangsung di Kota Dhaka, Bangladesh, Selasa (14/3). Delegasi Indonesia diwakili oleh Wakapolri Komjen Syafruddin dan 21 delegasi negara hadir dalam acara itu.
Deputi Senior Kementerian Keamanan Afghanistan Jenderal Abdul Rahman bahkan mengirimkan surat khusus kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian soal permintaan bantuan untuk mendukung perlawanan antiterorisme. Dalam suratnya itu, Afghanistan meminta bantuan pakaian seragam, rompi, alat komunikasi, serta pelatihan bagi anggota pasukan khusus antiteror Afghanistan.
“Kerjasama ini patut di dukung semua pihak, dan bisa dimanfaatkan. Raja Salman sendiri saat datang di Indonesia juga menyampaikan waspadai bahaya radikalisme alias terorisme kan,” sebutnya.
“Polri didunia Internasional ternyata diakui dalam penanganan terorisme, semoga Polri semakin jaya,” ucapnya.
Selain itu, kata Arwandi, untuk pencegahan terorisme dilingkungan masyarakat juga harus berperan aktif terlibat dalam upaya tersebut. Sebab, kata dia, selama ini masyarakat pasif karena menganggap urusan terorisme adalah urusan negara. Padahal, kata dia, ancaman nyata saat ini berada didepan mereka.
“Jadi harus sama-sama waspada. Masyarakat juga harus aware, jika ada pendatang baru diwilayahnya tetap pantau dan jika gerak-geriknya mencurigakan laporkan kepada yang berwajib,” terang dia.
Arwandi menyarankan agar kehidupan sosial masyarakat semestinya dimunculkan kembali. Mekanisme keamanan, seperti pembentukan sistem keamanan keliling (siskamling) dan tamu wajib lapor 1 x 24 jam di lingkungan RT/RW.
“Setidaknya ini bisa jadi pemagaran sosial, dan minimalisir berkembangnya teroris dilingkungan kita,” jelasnya.
Selain itu, tambah Arwandi, para terduga teroris calon-calon pengantin ini diakui mahir dalam merakit dan cukup kreatif untuk membuat bom secara otodidak dengan belajar dari internet.
“Mereka ini belajarnya online training dan cukup kreatif dengan meracik berbagai bahan kimia. Semoga kepolisian kita bisa waspadai ancaman teroris kali ini, justru dalam situasi landai seperti inilah yang akan dimanfaatkkan teroris untuk bergerak. Dan akar mereka sudah menjalar,” tandasnya.