Solo – Gerakan radikal dan terorisme jika dibiarkan bisa mengancam dan memecah belah persatuan dan kesatuan.
Apalagi gerakan tersebut secara sengaja terus dihembuskan lewat rumor yang tidak benar.
“Apa yang didengar, dibaca masyarakat, jika tidak dipahami permasalahannya secara utuh, bisa terhasut. Isu yang digoreng dapat memecah belah masyarakat terkait radikalisme,” tegas Direktur Amir Mahmud Center, Dr Amir Mahmud saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (21/5/2022).
Maka, masyarakat terutama generasi muda, jangan mudah terhasut, lalu membenci pemerintah hingga bisa menimbulkan perpecahan bangsa.
“Ini menjadi tugas bersama, jangan sampai generasi bangsa terpecah belah akibat radikalisme,” tandasnya.
Adapun tokoh agama Muhammad Soleh Ibrahim mengatakan, masyarakat yang menerima informasi, harusnya melakukan konfirmasi atas kebenaran info itu.
Jangan hanya share atau membagikan ke orang lain tanpa tahu kebenarannya.
“Sebagai umat muslim, hendaknya melakukan tabayun tiap kali mendapat informasi. Jangan hanya asal membagikan tanpa tahu kebenarannya. Atau, menelan mentah-mentah informasi tersebut,” kata Soleh.
Hal senada dikemukakan Ketua Komisi Ukhuwah dan Hubungan Antar Umat Beragama MUI Kabupaten Sukoharjo, Sofwan Faizal.
Dia mengajak masyarakat tak terpengaruh tindakan intoleran dan ekstrem.
“Apalagi, beberapa waktu terakhir terjadi peristiwa yang bisa berdampak pada kesalahpahaman di masyarakat. Maka dari itu, mari bersama kita membentengi supaya keutuhan Bangsa dan Negara Indonesia senantiasa terjaga,” kata Sofyan.
Seperti diketahui, sejumlah peristiwa teroris atau gerakan radikalisme pernah terjadi di sejumlah wilayah Karesidenan Surakarta.
Bom bunuh diri di Mako Polresta Surakarta dan aksi terorisme lainnya beberapa waktu lalu sempat membuat kecemasan dan kekhawatiran di masyarakat.**